Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bayar Pakai Kartu Kok Malah Lama?

24 April 2018   15:19 Diperbarui: 25 April 2018   02:25 2261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda mungkin pernah mempunyai pengalaman menunggu lama di depan kasir karena proses pembayaran. Kali ini, bayarnya pakai kartu. Kasir sibuk melakukan proses tertentu yang lumayan memakan waktu. Antrian pun jadi panjang.

Pembayaran menggunakan kartu, baik kartu kredit, kartu debit, atau uang elektronik sebenarnya menjanjikan kemudahan. Si pembeli tidak perlu membawa banyak uang tunai dan si penjual tidak perlu repot-repot menyiapkan uang kembalian.

Transaksi secara non tunai, antara lain menggunakan kartu, terus didorong oleh pemerintah, otoritas, dan industri perbankan beberapa tahun terakhir. Kepraktisan dan upaya pengurangan penggunaan uang tunai menjadi alasan utama transaksi cara tersebut.

Dalam praktiknya, memang transaksi non tunai masih berhadapan dengan beragam kendala. Salah satunya, transaksi model ini tidak menjamin proses pembayaran menjadi lebih cepat daripada bayar tunai. Ada beberapa hal yang menyebabkan hal itu terjadi:

1. Adanya proses validasi

Kasir setelah menerima kartu debit, kredit, dan uang elektronik akan melakukan input nomor kartu sebagai bagian validasi dan pencatatan transaksi.

Khusus kartu debit, sebelumnya, input ini dilakukan melalui swipe pada alat khusus yang dimiliki kasir. Namun, mengingat penggunaan alat tersebut menyebabkan data kartu terduplikasi ke mesin milik kasir sehingga muncul risiko penyalahgunaan data maka Bank Indonesia telah melarangnya.

Input sekarang dilakukan secara manual dengan mengetik nomor kartu. Tentu saja, proses itu memerlukan waktu. Meski demikian, hal itu lebih baik daripada proses double swipe yang berisiko.

Jika dibandingkan dengan bayar secara tunai, memang cara konvensional itu lebih cepat, kasir cukup terima uang, keluar nota, dan selesai.

2. Terlalu banyak mesin Electronic Data Capture (EDC) di kasir

Hal itu biasa kita lihat di pasar modern (mini/super market). Mungkin masing-masing EDC mempunyai perbedaan menu sehingga kasir kesulitan mengoperasikannya. 

Namun, belakangan ini masalah itu sudah mulai teratasi sejak bank-bank BUMN yang tergabung dalam Himbara mengintegrasikan EDC nya (interoperability). Upaya pengintegrasian EDC msh terus dilakukan untuk meningkatkan kepraktisan transaksi.

Saat ini bahkan sudah ada perusahaan teknologi finansial yang bergerak di bidang bisnis acquirer atau penyediaan fasilitas 1 mesin EDC untuk berbagai kartu.

3. Kasir belum menguasai pemrosesan transaksi non tunai

Permasalahan itu kerap terjadi bisa jadi karena tingkat pergantian pegawai yang tinggi. Dalam hal ini, pegawai baru belum atau telat memperoleh training penggunaan mesin EDC atau cara memproses transaksi menggunakan kartu. Hal itu menghambat kelancaran transaksi. Bank maupun pedagang harus proaktif mempersiapkan kompetensi teknis para kasir dalam pemrosesan transaksi.

4. Mesin EDC lemot dan error

Ini dapat terjadi pada saat sinyal lemah. Setelah konsumen memasukkan PIN pada EDC, proses validasi transaksi dari EDC memerlukan waktu lama. Transaksi dinyatakan berhasil atau gagal setelah validasi tersebut. Tidak jarang setelah menunggu lama ternyata transaksi gagal. Pedagang perlu mengatasi segera masalah itu dengan melapor ke bank.

Kendala-kendala yg mengakibatkan lamanya proses pembayaran menggunakan kartu, jika tidak diatasi, bisa menjadikan konsumen lebih memilih pembayaran tunai. Hal itu tentu dapat menghambat  program non tunai yang sedang digalakkan. 

Pedagang yang telah menyediakan fasilitas pembayaran gesek harus memastikan petugas kasirnya memahami prosedur pembayaran tersebut. Perbankan pun harus selalu memastikan EDC yang disediakan dapat berfungsi dengan baik.

Ke depan, pengintegrasian mesin EDC dengan cakupan penerbit kartu yang lebih luas perlu segera diwujudkan.  

Tantangan yang ada saat ini masih dapat diatasi, bukan menjadi alasan penghalang pembudayaan transaksi non tunai di Indonesia.

Semoga bermanfaat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun