Segala hal terkait dengan sejarah RI sangat menarik bagi saya. Kisah sejarah di tanah air ini seakan seorang manusia yang masih dalam tahap pertumbuhan.
Cerita yang ada terus berkembang seiring dengan bangkitnya fakta-fakta baru yang terkubur puluhan tahun. Ceritanya pun selalu dinamis dan seringkali terbawa pengaruh kekuatan politik yang sedang berkuasa.
Seorang pakar sejarah mengatakan bahwa bukti perjalanan sejarah negeri kita memang masih sedikit dan terbatas. Berbagai dokumentasi tersebar ke berbagai pihak hingga ke negara lain dan ada pula yang dikategorikan sebagai dokumen rahasia negara (entah apa alasannya).
Tak terkecuali salah satu momentum sakral perjalanan bangsa ini, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Banyak hal menarik yang mulai terungkap satu per satu ke publik seputar peristiwa paling bersejarah tersebut. Dari hal-hal yang serius hingga jenaka, semuanya memberikan kesan mendalam.
Berikut beberapa fakta unik yang saya kumpulkan dari berbagai sumber:
1. Mesin Tik Pinjaman Nazi
Mesin tik yang digunakan untuk menyusun naskah Proklamasi merupakan milik serdadu Nazi yang bernama Korvettenkapitän Dr. Hermann Kendeler. Cerita berawal dari rumah Laksamana Maeda yang hanya memiliki mesin tik kanji. Atas ide ajudan Maeda, dipinjamlah mesin tik huruf Latin yang ada di Kantor perwakilan Kriegesmarine (Angkatan Laut Jerman).
2. Sayuti Melik Mengubah Naskah Asli Sukarno
Sayuti Melik adalah tokoh muda yang diperintahkan Soekarno untuk mengetik teks proklamasi yang telah ditulis tangan. Sayuti Melik mengubah beberapa kata dan kalimat seperti “tempoh' menjadi 'tempo”, “wakil-wakil Bangsa Indonesia" diganti “atas nama Bangsa Indonesia” dengan menambahkan "Soekarno-Hatta”.
Dia berani mengubah penulisan tersebut karena ia pernah sekolah guru dan merasa lebih mengetahui ejaan Bahasa Indonesia dari pada Soekarno.
Ada pula yang berpendapat bahwa perubahan itu dikarenakan adanya perdebatan antara kelompok Sjahrir dan Hatta yang menyusun teks. Hatta sempat mengusulkan proklamasi kemerdekaan ala Amerika yang ditandatangani semua yang hadir.
Usulan tersebut tidak diterima, dan akhirnya penandatangan teks proklamasi hanya Soekarno dan Hatta atas usul tokoh muda Sukarni.
3. Apa Maksud dari “Djakarta, Hari 17 Boelan 8 Tahoen 05?”
Angka tahun 05 adalah singkatan dari 2605 tahun showa Jepang yang sama dengan tahun 1945.
4. Naskah Proklamasi Tulisan Sukarno Sempat Dibuang
Ada perbedaan mengenai nasib teks asli proklamasi tulisan tangan Bung Karno.
Versi pertama adalah teks dibiarkan oleh Sayuti Melik di meja ketik karena terburu-buru yang kemudian diamankan BM Diah.
Sedangkan versi kedua menyebutkan Soekarno membuang teks asli namun dipungut oleh BM Diah.
Versi kedua ini lebih menarik untuk dibahas, mengapa Soekarno membuang teks proklamasi?
JJ Rizal (sejarawan) mengutarakan bahwa Bung Karno ingin memutus segala macam perdebatan dalam proses penyusunan teks. Pada saat penyusunan, ada peran Jepang dalam perdebatan tersebut.
Menurut JJ Rizal, teks dibuang karena Bung Karno ingin menghilangkan dugaan pengaruh Jepang dalam coretan teks atau Sang Proklamator ingin menegaskan bahwa, “Kita sudah selesai dengan segala perdebatan dan kita mengarah pada satu cita-cita bersama”.
5. Bendera Pusaka Bukan dari Kain Sprei
Sempat beredar kabar bahwa Fatmawati menjahit kain bendera warna putih dari kain sprei, warna merahnya dari kain tenda warung soto. Kebenaran cerita tersebut tidak dapat dikonfirmasikan.
Yang jelas, dalam buku 'Catatan Kecil Bersama Bung Karno', Fatmawati menceritakan bahwa kain merah-putih diperoleh dari seorang perwira Jepang yang bernama Chairul Basri.
Chairul sendiri menyerahkan kain itu kepada Fatmawati atas perintah dari orang Jepang bernama Hitoshi Shimizu. Hitoshi mendapatkan kain itu dari sebuah gudang Jepang di kawasan Pintu Air, Jakarta Pusat.
6. Suara Proklamasi Hanya Rekaman
Suara Bung Karno membacakan proklamasi kemerdekaan yang sudah dipublikasikan bukanlah suara asli pada saat Hari Proklamasi. Oscar Motuloh, foto jurnalis Antara, menyatakan bahwa suara tersebut merupakan hasil rekaman yang dibacakan pada saat peresmian RRI.
Fatmawati mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan gaya Bung Karno pada saat membacakan teks pada Hari Proklamasi sebenarnya dengan rekaman.
Pada 17 Agustus itu, Soekarno membacakannya dengan penuh gelora meski dalam kondisi sakit malaria sedangkan dalam rekaman suara Bung Karno terkesan dingin dan kurang bersemangat.
7. Proklamasi Hanya Sekali untuk Selamanya dan Pidato Bung Hatta
Tidak banyak yang tahu bahwa dalam susunan acara Proklamasi terdapat dua tokoh lain yang berpidato selain Bung Karno. Mereka adalah Bung Hatta dan Suwiryo (Wakil Wali Kota Jakarta). Bung Hatta menyampaikan pidato kepada barisan yang terlambat datang.
Mereka datang terlambat karena mengira Proklamasi dibacakan di lapangan Ikada. Barisan meminta Bung Karno membacakan kembali proklamasi. Permintaan itu ditolak Bung Karno.
"Tak ada Proklamasi dibacakan dua kali, Proklamasi hanya dibacakan sekali untuk selamanya,” ujar Bung Karno. Akhirnya, Bung Hatta memberikan pidato kepada barisan itu. Mengenai pidato Suwiryo, tidak diketahui secara pasti isinya.
8. Bukti Kemerdekaan Bukan Hadiah Jepang
Jepang menyerah pada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Logikanya, mana mungkin pihak yang kalah memberikan kemerdekaan? Kemerdekaan telah dipersiapkan dengan baik oleh Indonesia.
Bonnie Triyana, Pimred Majalah Historia, menceritakan bahwa persiapan kemerdekaan telah dilakukan para tokoh muda sejak tanggal 15 Agustus 1945 dan tanggal 16 Agustus akan diadakan rapat oleh BPUPKI. Di tanggal 16 itulah, sekelompok pemuda ‘menculik’ Bung Karno dan Bung Hatta.
9. Foto berbicara
Dokumentasi momentum bersejarah proklamasi adalah foto-foto karya Mendur bersaudara (Frans dan Alex). Tidak ada dokumentasi video maupun rekaman suara sehingga gambaran suasana proklamasi hanya terekam dalam foto-foto. Dari foto bersejarah itu pulalah terungkap beberapa fakta:
- Pembacaan proklamasi disaksikan hampir 300 orang (angle foto ke arah hadirin dan kisah Fatmawati),
- Adanya tentara Jepang di belakang Soekarno (tidak diketahui secara pasti tujuannya),
- Adanya tokoh-tokoh BPUPKI yang datang terlambat dalam pembacaan proklamasi (Dr. Radjiman, Sam Ratulangi dan Tengku Muhammad Hasan).
Sebagian dokumentasi Mendur bersaudara konon disita Jepang. Namun, sedikit yang ada rupanya cukup mampu menceritakan apa yang terjadi di tanggal bersejarah itu.
Nah, itulah sedikit cerita di balik proklamasi kemerdekaan. Fakta-fakta lainnya mungkin masih banyak yang tidak tersampaikan dalam tulisan ini. Apapun itu, sedikit fakta yang ada tetap mampu merasuk dan membarakan api cinta dan bangga pada perjuangan bangsa ini…
Salam Kompasiana
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H