Mohon tunggu...
Harison Haris
Harison Haris Mohon Tunggu... Freelancer - Lahir dan besar di Jepara dan Jakarta. Mantan pemain bola amatiran, sempat jadi wartawan olahraga dan sekarang tinggal di Depok. Menyukai dan meminati banyak hal, tapi baru bisa melakukan sedikit hal.

Lahir dan besar di Jepara. Mantan pemain bola amatiran, sempat jadi wartawan olahraga dan sekarang tinggal di Depok. Menyukai dan meminati banyak hal, tapi baru bisa melakukan sedikit hal.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Masihkah Yogyakarta Menjadi "Ibu"?

23 Desember 2018   00:16 Diperbarui: 23 Desember 2018   00:44 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 22 Desember 2018 adalah hari Ibu yang ke-90. Di Yogyakarta, tonggak sejarah Hari Ibu diperingati. Mungkin ini kebetulan, mungkin juga tidak. Seorang ibu pastilah seorang yang istimewa. Yogyakarta juga ingin dikenal dan dinikmati sebagai wilayah yang Istimewa.

Hari ini 90 tahun yang lalu, tepatnya pada 22 Desember 1928, Kongres Perempuan Pertama juga digelar di Yogyakarta. Bagi sebuah bangsa yang belum merdeka, pertemuan tersebut terang saja terbilang progresif. Ratusan perempuan dari sejumlah perkumpulan (Wanita Utomo, Putri Indonesia, Aisyiyah, Wanita Katolik, Wanita Mulyo, perempuan-perempuan Sarekat Islam, Jong Java, Jong Islamieten Bond, Taman Siswa, dll.) berkumpul dan membicarakan berbagai masalah yang mereka hadapi.

Isu yang dibahas juga sangat progresif. Ada yang bicara soal derajat wanita. Ada juga yang berpidato soal pendidikan perempuan, dan lain sebagainya. Pokoknya sangat progresif untuk ukuran zaman itu.

terkesan dengan semangat kaum perempuan itu, dalam peringatan kongres perempuan ke-25 tahun 1959, Presiden Sukarno pun menetapkan tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden RI No.316 Tahun 1959.

Ya, Yogyakarta menjadi tenpat berseminya gagasan-gagasan soal kemajuan perempuan. Yogyakarta adalah kota yang menyerap sikap-sikap seorang  ibu. Seorang ibu sejati itu memberi tak ingin kembali. Ibarat pohon ibu itu seorang bibit unggul yang menghasilkan bibit anakan yang akan menghasilkan buah, bunga, kulit, daun, getah, kayu yang berkualitas. Dengan kata lain seorang ibu harus mampu melahirkan anak-anak yang cerdas, berani, tangguh, dan

Yogyakarta hari-hari ini diselingi perisriwa seperti persekusi, klithik dan intoleransi.  Pertanyaannya , masihkah Yogyakarta menjadi seorang IBU? Mungkin banyak yang meragukan lagi.

Karenanya, Yogyakarta harus dikembalikan sebagai seorang sosok seorang IBU. Yang "Ngayomi" dan "Ngayemi". Ya, sebuah kota atau wilayah seharusnya bisa menjadi sosok ibu yang melindungi dan membuat anak-anaknya  nyaman.  Warga Yogyakarta adalah anak kandung yang sah dari IBU yang bernama Yogyakarta. Mereka berhak atas rasa nyaman dan aman.

Kita harus berterima kasih kepada ibu-ibu di seluruh  dunia, terutama ibu-ibu kita sendiri, yang pasti ingin membuat anak-anaknya aman dan nyaman. Yogyakarta adalah sebuah kota yang menjadi inspirasi lahirnya Hari Ibu. Yogyakarta harus menjadi IBU YANG BAIK bagi "anak-anaknya".

Caranya?

Dok pri
Dok pri
Kalau dalam konteks tahun politik, rasanya rakyat Jogja harus teliti memilih calon-calonnya. Baik yang di DPRD II masing-masing kota / kabupaten, DPRD 1, DPR RI dan DPD RI Dapil Yogyakarta. Pastikan calon itu mempunyai sikap seorang IBU. Seorang yang NGAYOMI dan NGAYEMI.

Salah satu calon DPD RI Dapil Yogyakarta Bambang Soepijanto muncul dengan konsep kepempinan yang unik : NGAYOMI, NGAYEMI dan NGAYANI. Mungkin dalam pemikiran Bambang, seorang ibu zaman sekarang bukan saja harus membuat nyaman dan aman anak-anaknya. Tapi juga harus berpendidikan, professional dan mandiri. Karena tipikal IBU seperti itu bisa NGAYANI anak-anaknya. Bisa ikut membantu kesejahteraan anak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun