Jadi, PSIM akan selamat dan terus berkembang bila mampu mempertahankan fans-base saat ini. Lalu, juga ada orang Jogja (atau orang luar) yang gila bola dan mau "ancur-ancur"-an mendukung PSIM. Tentu dukungan finansial yang paling utama.
Kota Jogja juga harus punya tokoh kuat di  kalangan supoter selevel Yuli Sumpil atau Ayi Beutik yang mampu menggerakkan masyarakat Jogja untuk mendukung PSIM. Kalau perlu "urunan" atau iuran untuk membesarkan PSIM. Syukur-syukur suporter punya saham.
Stadion Mandala Krida juga harus bersolek. Sehingga warga Jogja ada kebanggaan saat datang ke Stadion. Selanjutnya, tokoh seperti walikota juga harus "hadir" dalam dunia sepakbola Jogja. Kalau tidak bisa membantu finansial ya... mendukung secara moral. Apa yang dilakukan oleh Ridwan Kamil datang  membaur bersama bobotoh saat Persib bertanding (sambil bertelanjang dada lagi) adalah contoh gamblang bagaimana tokoh masyarakat mendukung klub sepakbola yang mewakili kotanya.
Tapi masalah utama PSIM tahun ini adalah dana. Penampilan mereka oke. Hanya karena dana, mereka kena sanksi dan tidak bisa melanjutkan ke putaran 8 besar LIGA 2. Ya, PSIM kena sanksi penguranhan 9 poin dari FIFA, karena menunggak gaji pemain sebesar 1 milyar. Kalau kendala uang 1 milyar itu terselesaikan, PSIM lolos ke babak 8 besar dan bisa jadi sekarang sudah lolos ke LIga 1. Karena poin PSIM seandainya tidak dikurangi 9 poin, sudah cukup untuk lolos ke 8 besar LIga 2.
Kalau dihitung kasar, dengan penduduk kota Jogja adalah 400 ribu, maka per orang hanya perlu iuran 2.500 rupiah untuk membebaskan PSIM dari sanksi FIFA. Tapi tak ada tokoh masyarakat yang bergerak. Media Massa lokal juga adem ayem.
Dia berusaha menonton tim-tim asal DIY yang berlaga di Jabodetabek. Kalau tak sempat nonton, Bambang Soepijanto akan mengirimkan logistik berupa snack dan minuman untuk ofisial dan sebagian suporter. Saat PSS Sleman bertanding di Stadion Benteng Tangerang beberapa bulan lalu, Bambang melakukan hal itu.
Namun sebagai warga Jogja yang pindah-pindah tempat (pernah bekerja di Gunung Kidul, Kota Jogja, Bantul, Kulonprogo dan Sleman) Bambang Soepijanto memilih semua tim asal DIY. Baginya susah menentukan menudukung salah satu tim, karena ikatan dia terhadap seluruh wilayah Jogja sangat kuat.
Itu juga yang mendorong Bambang Soepijanto mencalonkan dirinya sebagai DPD RI Dapil Yogyakarta. Dia ingin memajukan Yogyakarta. Selama ada peluang memajukan Jogja (lewat jalur perjuangan apapun), dia akan berjuang untuk Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H