Mohon tunggu...
Harison Haris
Harison Haris Mohon Tunggu... Freelancer - Lahir dan besar di Jepara dan Jakarta. Mantan pemain bola amatiran, sempat jadi wartawan olahraga dan sekarang tinggal di Depok. Menyukai dan meminati banyak hal, tapi baru bisa melakukan sedikit hal.

Lahir dan besar di Jepara. Mantan pemain bola amatiran, sempat jadi wartawan olahraga dan sekarang tinggal di Depok. Menyukai dan meminati banyak hal, tapi baru bisa melakukan sedikit hal.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Pendidikan Djarot-Sihar Lebih Mentereng

5 Juni 2018   03:25 Diperbarui: 5 Juni 2018   04:08 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu hal terberat dari pemimpin di SUMUT adalah memajukan kualitas pendidikan di wilayah ini. SUMUT bukan hanya tertinggal dari Provinsi top seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Barat, Jawa Timur dan DI Yogyakarta. Tapi juga kalah jauh dengan propinsi macam-macam Bangka Belitung dan Propinsi Riau.

Memang di SUMUT ada SMA top semacam SMA 1 Teladan Medan dan SMA Methodist. Beberapa kali murid dari kedua SMA itu mampu menyodok di peringkat atas sebagai peraih nilai UN tertinggi se Indonesia. Tapi itu prestasi individual.

Secara rata-rata, kualitas pendidikan di SUMUT amburadul. Tengoklah data tahun ajaran 2012/2013. Dari 195.526 siswa SMA/MA/SMK di wilayah Sumut yang mengikuti UN, jumlah siswa yang tidak lulus berjumlah 4.564 dari 199.886 (2,51%). Angka ini menempati peringkat ke-16 terburuk dari 33 provinsi.

Sedang posisi terbaik di tempati Jawa Barat, dimana siswanya mencapai 208.060 siswa, yang tidak lulus hanya 1 siswa saja. Sedang Bali dengan jumlah siswa 26.241 siswa, yang tidak lulus hanya 8 siswa.

Itu adalah data kualitas secara akademik. Bagaimana demgan data kualitas lain? Sejak Anies Baswedan memegang jabatan Mendiknas. Diperkenalkan sistem IIUN (Indeks Integritas Ujian Nasional). Ini adalah untuk menilai kejujuran siswa saat melakasanan UN di tahun 2016. Hasilnya?

Sebanyak 10 provinsi yang memiliki IIUN tertinggi untuk SMA IPS yakni Yogyakarta, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Bengkulu, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Banten, Gorontalo, Jawa Barat dan Kalimantan Utara.

Sementara nilai IIUN tertinggi untuk SMA IPA yakni Yogyakarta, Bangka Belitung, Banten, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jawa Tengah dan Kalimantan Utara. SUMUT tidak masuk 10 besar! Sungguh memprohatinkan.

Dengan gambaran di atas, tercermin beratnya tantangan di bidang pendidkan. Lalu di antara pasangan Gagub/ Cawagub Djarot-Sihar dan Edy-Ijeck, siapa yang berpeluan memajukan dunia pendidikan di SUMUT?

Jika dilihat latar belakang pendidikan , pasangan Cagub Djarot-Sihar berpotensi memajukan pendidikan di SUMUT. Mari kita bedah satu-satu.

Djarot adalah lulusan Universitas top di negeri ini. S1 di selesaikan di Universitas Brawijaya dan S-2 di UGM. Semuanya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.  Kedua Univeristas itu jadi langganan 10 besar univeristas terbaik di Indonesia dari bebeapa lembaga pemeringkat terkemuka.

Kemudian di tahun 2002, Djarot berangkat ke Belanda untuk mengikuti workshop di Universitas Amsterdam. Dan Djarot adalah dosen senior di UNTAG Surabaya.

Sedang Sihar sejak SMA sudah dididik di SMA terkemuka di Jakarta yaitu Pangudi Luhur. Sihar ini waktu kelas 1 SMA satu kelas dengan Sandiaga Uno. Dan masih banyak sekali alumni Pangudi Luhur yang sukses.

Selepas SMA Sihar kemudian "menghabiskan umur" dengan riwayat pendidikan sebagai berikut :

  • Bachelor of Science in Business Administration University of Arizona, Tucson, AZ,USA, 1991.
  • Master of Business Administration Creighton University Ohama, NE, USA, 1993.
  • Program Diploma Busness Economic, Strathclyde University, Glasgow, 1998.
  • Doctor of Business Adminitration, Manchester Business School, Manchester, UK, 2005.

Sekarang kita lihat riwayat pendidikan dari Edy-Ijeck. Edy Rahmayadi belum pernah menempuh pendidikan formal di luar pendidikan kemiliteran. Sedang Ijeck tercatat menyelesaikan S-I Fisipol UISU (1998) dan S-2 Hukum Ekonomi di USU.

Untuk UISU mungkin tidak banyak yang mengenal. Tapi USU lumayan terkenal, meski tetap tidak masuk sebagai univeristas top di Indonesia.

Dengan latar belakang  pendidkan kandidat, Djarot-Sihar sepertinya bisa memperbaiki kualitas pendidikan di SUMUT. Apalagi Sihar yang lullusan 4 univeristas luar negeri, tentu bisa berbagi pengalamannya di luar negeri untuk diterapkan di SUMUT.

Apalagi Djarot sudah berpengalaman dalam melaksanan progaram kartu Indonesia pintar di DKI saat dia menjabat sebagai Wagun dan Pjs Gubernur DKI.

Jadi secara pribadi, untuk urusan memajukan pendidikan di SUMUT, sepertinya pasangan Dajrot-Sihar (Djoss) ini lebih berpotensi untuk memajukan dunia pendidikan di SUMUT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun