Penanda adanya mitos baru tentang ustadz media sosial sebenarnya bisa terbaca dengan jelas di tengah kemudahan memperoleh informasi di era digital seperti sekarang. Namun di waktu yang bersamaan, penanda-penanda tersebut juga semakin kabur dengan terjadinya tsunami informasi. Masyarakat kesulitan memilah konten yang sesuai kebutuhan. Mereka terjebak dalam hyperrealitas.
Ratusan konten ala para ustadz yang diunggah setiap hari di media sosial akan membentuk hyperrealitas. Menawarkan konsep Islam yang ideal, sesuai dengan tuntunan ayat al-Quran dan hadis Nabi Muhammad.
Gambaran kejayaan Islam di masa lalu diproyeksikan ke dalam media sosial dalam beragam bentuk mulai dari foto, video, quote, komik, video animasi, hingga video ilustrasi. Sehingga menciptakan sebuah realitas subyektif yang melebihi kenyataan sesungguhnya.
Memanfaatkan hyperrealitas, kelompok tertentu mulai mempengaruhi pikiran masyarakat untuk kembali mewujudkan konsep Islam ideal. Menghidupkan kembali Islam pada zaman nabi dan pemerintahan khilafah ala khulafa al-rasyidin. Meskipun sesungguhnya umat Islam Indonesia telah memiliki jati diri keislaman yang berbeda dengan Islam di wilayah lain. Setelah cukup banyak masyarakat yang terpengaruh, mereka pun mulai menggalang dana dan kekuatan untuk melaksanakan gerakan secara langsung di dunia nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H