Memang benar bahwa "rokok rendah nikotin" menghasilkan lebih sedikit nikotin. Tapi ini hanya berlaku ketika diuji di mesin pengukur kadar rokok. Saat menghisap rokok rendah nikotin, para perokok itu akan berusaha memperoleh nikotin sebanyak yang mereka peroleh dari rokok biasanya.
Perokok memerlukan khasiat nikotin, saat menghisap rokok rendah nikotin, mereka cenderung menghisap lebih kuat dan lebih sering utk mendapat dosis yang sesuai.
Ketika manusia menghisap rokok yang menyala, dia juga akan menghisap lebih banyak karbon monoksida. Tingginya karbon monoksida akan memaksa tubuh manusia membentuk lebih banyak hemoglobin yang akan membuat darah jadi lebih kental. Kekentalan darah yang tinggi akan meningkatkan resiko manusia mendapat serangan stroke.

Jadi, rokok rendah nikotin bukan hanya memberi nikotin yang tetap tinggi dan gas CO yang bahkan lebih banyak, tapi juga menjebak manusia dalam rasa aman palsu. Lebih parah lagi perusahaan rokok tidak hanya mempromosikan nikotin rendah, tapi juga rendahnya kadar Tar dalam produk barunya. Perusahaan rokok memberikan pernyataan yang seolah-olah Tar itu adalah bahan baku yang mudah dihilangkan demi kesehatan yang lebih baik.
Tar dalam rokok adalah kombinasi sekitar 2.000-10.000 materi beracun, termasuk alkaloid, amonia, C02, C0, hidrogen sianida. Kombinasi antara nikotin dan tar dalam rokok adalah materi yang sangat efektif menurunkan kualitas kesehatan manusia.
Materi beracun tadi itu dalam industri rokok dikenal sebagai "total particular material", terbentuk karena pembakaran bahan organik yaitu kertas dan tembakau. Akhirnya kembali kepada masing-masing manusia, mereka memutuskan terus menghisap rokok atau berhenti, meskipun yang terakhir itu memang sulit dilakukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI