Para intelektual idealnya menjadi pembendung arus dukung-mendukung dan detoksifikasi otoritansi kekuasaan, menjadi referensi rezim maupun oposisi yang lazimnya dikuasai kaum politis, memperkuat legitimasi intelektualitas yang berbasis dalam moral kemanusiaan yang reliable.Â
Harus diakui bersama, bahwa dalam kehidupan berpolitik kita, hubungan intelektual dan politisi memang rigid dan komplek. Kita bisa perkirakan bahwa semakin demokratis suatu wujud kekuasaan, semakin leluasa pula para intelektual mengembangkan arus kuat intelektualisasinya. Kian tidak demokratis, semakin terpinggirkanlah semangat intelektualisasi yang mereka miliki.Â
Namun dalam jenis kekuasaan apapun, para intelektual masih menjaga moral kemanusiaan dan mencerahkan. Hal ini dilakukan dengan rekomendasi dan interupsinya kepada pemerintahan, proaktif mengingatkan pemegang kebijakan untuk tidak melupakan orientasi kemanusiaan dari program pembangunan yang mereka gagas. Contoh inilah yang seperti para punakawan intelektual dalam pewayangan perpolitikan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H