Saat semangat nilai agama dibikin sedemikian rupa dan dimaktub dalam rancangan undang-undang dan norma sosial, pencegahan dan penegakan hukumnya akan lebih mudah dikontrol. Oleh karenanya walaupun agama berasal dari Sang Pencipta, namun penegakannya memerlukan kehadiran negara. Melihat ghirah keagamaan masyakat yang tinggi berbarengan kontestasi politik, beberapa politisi memanfaatkan dan memoles isu agama dan dakwah untuk meraup suara yang besar.Â
Sebagian masyarakat yang memiliki kesadaran berpolitik yang rendah rentan membangun afiliasi politik atas dasar keseragaman agama dan etnis politisi. Contoh saja ketika masyarakat Indonesia sebagian besar muslim, politisi akan memoles untuk menarik simpatisan dengan politik uang, kesamaan ormas sampai slogan utopis untuk seolah-olah merangkul mereka.Â
Ideologi tanpa bangunan emosional akan kian terkikis sehingga setiap perjuangan politik kekuasaan harus membuat musuh bersama untuk mengikat para simpatisan agar militansinya tidak padam.Â
Militasi dan radikalis akan tumbuh subur apabila lini Ketuhanan dijadikan start dan finish karena agama dan dakwah menawarkan jalan keselamatan eksatologis berupa kenikmatan surga setelah kematian. Tidak ada kata kalah dalam memperjuangkan ideologi keagamaan. Dalam pikiran mereka, kemenangan bisa di dunia maupun nanti setelah mati.Â
Berkampanye politik berkedok dakwah yang seringkali mengatasnamakan titah Tuhan memunculkan kesulitan untuk melakukan verifikasi, gegara esensi Tuhan yang tidak bisa kita raih secara panca indera. Dalam satu komunitas internalnya juga banyak pentolan dan aliran pemikiran yang tidak selalu sejalan terhadap satu masalah yang tengah melanda.Â
Mengahadapi pemilu kali ini, Tuhan, agama dan dakwah diseret begitu dalam sehingga meramaikan suhu politik yang tidak semata persaingan antar parpol melainkan juga antar ormas dan pemuka agama dengan melontarkan slogan agama dan isu sampah. Bahkan Tuhan sekalipun diajak berkoalisi dalam kontestasi pemilihan. Mungkin fenomena di Indonesia menjadi pil pahit bagi kemajuan bagi anak cucu kita kelak.