Kesempatan kali ini saya ingin berbagi kisah perjalan pake tayo yang agamis.
Sudah beberapa kali, saya melakukan perjalanan Jakarta-Semarang, begitu juga sebaliknya. Hal yang saya amati, dari sekian banyak penumpang bus, hanya beberapa saja yang melaksanakan shalat, bahkan hanya 10 persen saja. Kok saya tahu?
Begini, Bus Antar Kota jurusan Jakarta-Semarang atau sebaliknya biasanya mulai berangkat selepas ashar. Nanti sampai tempat tujuan selepas Shubuh. Artinya, shalat Maghrib dan Isya bisa dipastikan dalam perjalanan.Â
Setelah Isya, bus biasanya akan berhenti di rumah makan sekitar 30 menitan untuk makan malam. Nah, waktu di rumah makan ini yang seharusnya bisa digunakan untuk shalat, nyatanya hampir tidak ada yang menyambangi Mushalla atau Masjid. Kenapa?
Entahlah, padahal saya yakin KTP mereka kebanyak ada tulisan Islamnya. Apakah karena tidak tahu? Atau tahu tapi salah? Tapi kebanyakan memang karena ogah-ogahan. Wong di rumah saja tidak sholat, apalagi saat perjalanan.
Tidak Tahu atau Tahu Tapi Salah?
Jika tidak tahu, maka dari tulisan ini saya coba kasih tahu. Pengen juga sekali-kali menulis selebaran yang nanti disebarkan kepada seluruh penumpang Bus, tentang tata cara shalat di perjalanan. Semoga akan terlaksana.
Jika tahu tapi salah, maka saya coba luruskan. Sebagian menganggap bahwa mending shalat qadha saja saat sudah sampai di rumah. Padahal shalat telah diwajibkan dengan waktunya masing-masing, kecuali jika lupa atau ketiduran. Selain itu tidak ada alasan lain untuk menunda shalat.
Itung-Itungan Waktu
Kebanyakan orang tidak shalat saat perjalanan naik bus, biasanya karena takut ditinggal bus. Seharusnya, penumpang kan raja! Kita tinggal bilang sopirnya saja jika memang takut ketinggalan.
Istirahat di rumah makan biasanya 30 menit. Tinggal kita bagi saja, 20 menit untuk makan plus antrinya, sedangkan 10 menit untuk shalat maghrib 3 rakaat dan Isya 2 rakaat di-jama takhir, plus wudhu dan ke toiletnya. Saya sudah praktekkan dan tidak pernah ketinggalan bus. Baik shalat duluan baru makan, atau makan dahulu baru shalat, yang penting shalat.
Shalat Shubuh
Jika shalat Maghrib dan Isya tak ada kendala, maka biasanya shalat shubuh yang terjadi sedikit kendala. Kendala disini jika bus belum sampai tempat tujuan, padahal matahari sudah hampir terbit dan belum shalat shubuh. Lantas bagaimana shalatnya?
Beberapa perusahaan otobus telah mengeluarkan peraturan, Shalat Shubuh wajib berhenti. Masalah selesai! Toh penumpang adalah raja. Shalat shubuh juga hanya 2 rakaat yang jika dikerjakan bersama tetek bengeknya, paling lama hanya 30 menitan. Pastinya 30 menit untuk shalat tidak akan menjadikan Perusahan Bus bangkrut.
Tapi, masalah lain muncul jika bus masuk Jakarta lewat Tol Cikampek, sedangkan jalannya macet. Padahal di Tol tidak boleh berhenti sembarangan. Biasanya hal itu terjadi jika bus agak siangan masuk Tol Cipularang, di saat jam masuk kantor. Nah, bagaimana shalatnya? Bolehkah ditinggal saja?
Shalat di dalam Bus, sangatlah memungkinkan. Apalagi jika busnya kelas eksekutif dengan kursi yang lebar dan dilengkapi toilet, kita bisa berwudhu dengan sempurna. Kan airnya sedikit? Ah, itu hanya alasan saja.
Bagaimana Wudhunya?
Anggota badan yang wajib dibasuh saat wudhu hanya 4 saja; muka, kedua tangan sampai siku, kepala dan kaki. Kesemuanya yang wajib hanya sekali, artinya jika pun tidak ada air, kita bisa gunakan air mineral.
Setelah itu, kita bisa shalat. Jika bisa berdiri maka dengan berdiri dan menghadap Qiblat. Jika tidak dimungkinkan, maka dengan duduk dan menghadap Qiblat. Ulama berbeda pendapat, ada yang masih mewajibkan mengganti shalat yang kita laksanakan tadi di bus ketika sudah sampai rumah, ada pula yang tidak mewajibkannya.
Lho, kalo masih wajib ganti, kenapa kita shalat? Kenapa tidak nanti aja sekalian?. Kita masih mempunyai kewajiban shalat dengan keadaan apapun pada waktunya. Sedangkan shalat yang kita laksanakan tadi kurang syarat dan rukunnya.
Kadang tidak shalat itu hanya gara-gara malu saja. Bukan karena tidak tahu atau tahu tapi salah. Takut dianggap sok alim, sok shaleh. Lho, meninggalkan kewajiban Allah saja tidak malu, kenapa malah malu dengan manusia?
Bepergian Itu Dekat Dengan Kematian
Siapalah yang mau menemui Tuhan yang telah menciptakannya dalam keadaan belum melaksanakan kewajibanNya?
Siapakah yang menyangka bahwa bepergian naik Bus kala itu, tujuannya adalah ke Kuburan. Siapa sangka! Semoga saja tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H