Kitab Tafsir Jami al-Bayan min Khulasat Suwar al-Quran secara fisik berjumlah 2 jilid besar yang memuat seluruh juz dalam Al-Quran. Â Juz pertama terdiri dari muqadimah dari pengarang kemudian dilanjutkan penafsiran dari ayat pertama surat Al-Fatihah sampai surat An-Nahl ayat 128, juz pertama berjumlah 663 halaman.Â
Sedangkan juz kedua dimulai dengan surat Al-Isra dan diakhiri dengan surat An-Nas, Juz kedua berjumlah 681 halaman dan di akhir buku dicantumkan sanad Al-Quran dari Muhammad bin Sulaiman bin Zakariya dari guru-gurunya.
Kitab tafsir ini menafsirkan semua surat dalam Al-Quran berdasarkan urutan mushaf usmani tidak berdasarkan kronologis turunnya ayat. Mufassir menggunakan bahasa arab dalam menyampaikan isi penafsiran walaupun berkenegaraan Indonesia. Dalam menguraikan pokok-pokok tafsir mengawali dengan penomoran di setiap penafsiran ayat kemudian mencamtumkan kata bayan dipermulaan penafsiran yang diberikan. Kemudian mengakhiri penafsirannya dengan kata Allahu Alam.Â
Dalam muqadimahnya Muhammad mengutarakan bahwa mengapa memakai kata tersebut, dikarenakan berbagai penjelasan di dalam tafsirnya adalah petunjuk ayat-ayat yang diberikan Allah melalui kalam-Nya. Apabila ia menganggapnya benar, maka hal itu adalah bentuk karunia-Nya, dan jika sebaliknya, maka itu adalah kurangnya pemahaman dari penafsir.
Kecenderungan Corak Tafsir
Setiap produk tafsir Al-Quran memiliki corak yang berbeda dalam menafsirkan, tak terkecuali dalam Kitab Tafsir Jami al-Bayan min Khulasat Suwar al-Quran. Penafsiran Muhammad dalam tafsirnya memiliki kecenderungan berupa menjelaskan secara umum permasalahan yang terjadi di sekitarnya dengan penjelasan singkat yang diberikan.Â
Muhammad bin Sulaiman memiliki kecenderungan menggunakan corak Adabi Ijtimai, walaupun hampir sama sekali tidak mencantumkan secara rinci kajian sastra atau kebahasaan.
Kitab Tafsir Jami al-Bayan min Khulasat Suwar al-Quran berusaha merespon gejala-gejala sosial yang terjadi di masyarakat dengan bahasa yang singkat dan lugas. Penafsir meninggalkan bahasa yang bertela-bertele langsung ke poin yang akan dikritisi atau dikomentari.Â
Penafsir mencoba menyelesaikan permasalahan aktual yang tengah terjadi dan mengembalikannya ke dalam koridor qurani. Mencarikan korelasi kejadian dan persesuaiannya dengan penafsiran ayat Al-Quran. Tentu ini bukan perkara yang mudah untuk menjadikan Al-Quran shalih li kulli zaman wa makan.
Sumber Penafsiran
Kitab Tafsir Jami al-Bayan min Khulasat Suwar al-Quran tentunya merujuk kitab-kitab tafsir sebelumnya, diantaranya: