Para seleb muncul dan tenggelam bukan karena proses pemilihan yang memberikan masyarakat berkesempatan sepadan dalam memilih seorang pemimpin.Â
Seleb bukan pula mereka yang akan menentukan masa depan rakyatnya, seleb manggung kemudian masyarakat memberikan feedback, begitu pula berlak jika seleb tidak muncul otomatis masyarakat tidak bisa merasakan dampaknya.
Memang agak kesulitan jika kita menarik garis pembeda yang konkrit soal privasi dan kepentingan publik, namun hal ini amat diperlukan. Bagaimana media tersadar akan etika dan kewenangannya untuk tidak menjadi hakim buat para seleb.Â
Walau tidak bisa dipungkiri memang media pulalah yang membesarkan nama seleb, lalu apakah kemudian media memiliki kuasa penuh untuk membongkar aib-aib yang sebelumnya telah diceritakan. Kuasa macam apa yang membuat media suka mengulik kehidupan para seleb untuk menjadi hakim buat perilaku mereka sehari-hari?
Jikalau kita lebih jeli melihat celah, bahwa semua tadi bukan hanya logika pasar semata. Ada hubungan yang saling mempengaruhi, media akan muak dengan berita perceraian yang tidak dikabarkan kepada mereka, media kecewa karena tidak mengambil profit dari sebuah nestapa para seleb.
Kita hidup di mana batas begitu samar antara ini ranah pribadi dengan wilayah publik, seakan ada hal yang sengaja membiarkan proses kesamarannya ini untuk berorientasi dalam kemauan pasar.Â
Membungkus seribu alasan seolah telah memperjuangkan kepentingan publik yang lebih luas, padahal yang terjadi sebaliknya: mereka akan berontak jatah periuk mereka tertumpah oleh tangan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H