Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Kebudayaan Jawa dalam Novel Aroma Karsa Dee Lestari

24 September 2018   16:13 Diperbarui: 24 September 2018   16:30 3632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Aroma Karsa Karya Dee Lestari || Sumber Gambar: Twitter Detikdotcom

Aroma Karsa merupakan novel yang berlatar sebuah petualangan dan pencarian, Raras Prayagung  perempuan berkursi roda, seorang pengusaha industri kosmetik yang terobsesi dengan tanaman Puspa Karsa, berdasarkan lontar kuno peninggalan Eyang Putrinya, konon tanaman tersebut merupakan bunga sakti yang dapat mengendalikan kehendak, bunga sakti itu tersembunyi di tempat rahasia yang hanya bisa diidentifikasi melalui aroma.

Dari awal buku ini sudah menyodorkan misteri misteri serta konflik konflik yang beruntun sehingga membuat pembaca merasa asyik dan senang, tidak membosankan. Sesuai dengan judul buku Aroma Karsa, Dee Lestari mengangkat tema yang tidak biasa yaitu  indera penciuman atau aroma, perjalanan mencari Puspa Karsa melibatkan dua tokoh utama yang punya karakter kuat dengan aroma yaitu Jati Wesi, dan Tanaya Suma.

Jati Wesi merupakan pemuda yang besar dan tumbuh  di tempat pembuangan akhir  Bantar Gebang, Jati memiliki penciuman yang luar biasa, ia dijuluki si Hidung Tikus, kemampuannya tersebut membawanya pada satu pekerjaan yang sangat ia senangi yaitu meracik parfum. Hal itu juga yang membawanya  bertemu dengan Tanaya Suma.

Tanaya Suma merupakan anak angkat dari Raras Prayagung, Suma mempunyai kemampuan serupa dengan Jati, namun keadaannya berbeda, dari kecil Suma sudah hidup berkecukupan.

Berbeda dengan Jati, hidupnya keras di TPA Bantar Gebang, diasuh oleh preman kampung, asal usul Jati pun tidak jelas. Menurut  cerita warga Bantar Gebang,  bayi Jati ditemukan oleh warga ketika seseorang bernama Anung Linglung tertangkap membunuh istrinya sendiri, keadaannya setengah linglung dan sudah dianggap gila. Jati menyerah, seseorang yang disebut sebagai Bapaknya tak pernah bisa menjelaskan tentang dirinya  dan masa lalu yang menjadi misteri untuk Jati. Mendekam dipenjara, Anung sering berbicara jawa, Pikiran Jati berkelana. "Bapak" adalah perkara pelik yang selalu membawa kegundahan betahun tahun.

Setelah bertemu dengan keluarga Raras Prayagung kehidupan Jati berubah, kemampuan Jati memikat Raras, bukan hanya mempekerjakan Jati di perusahaanya, Raras ikut mengundang Jati menjadi salah satu anggota untuk ekspedisi pencarian puspa karsa.

Pada awalnya Suma tidak menyukai kehadiran Jati dirumahnya, meski mempunyai kemampuan yang sama, Suma merasa Raras terlalu berlebihan kepada Jati, bahkan Ibunya membiayai kursus Jati meracik parfum di Grasse, Prancis.

Satu bulan di Grasse, Jati berhasil menciptakan sebuah parfum terbaik yang akan ia bawa pulang di perusahaan Raras.

Kisah hubungan Jati dan Suma merupakan bumbu pelengkap dalam novel ini, awalnya Suma sangat membenci kedatangan Jati, namun setelah mengenal Jati, Suma mulai menyukai Jati dan meninggalkan pacarnya, Suma diajak untuk berani meninggalkan obat yang telh dikonsumsinya sejak kecil, dan menocba membaui apa yang tidak pernah ia baui di TPA Bantar Gebang.

Dengan kekuatan deskripsinya, penulis berhasil  mengajak pembaca untuk fokus ketika si Jati menjabarkan/mendeskripsikan bau-bauan yang dia ciumi sepanjang jalan cerita seperti bau boraks, bau mayat bayi, bau anggrek, dan nama-nama ilmiah lain yang dijelaskan secara detail oleh penulis.

Ekspedisi Gunung Lawu

Klimaks dalam buku ini adalah ketika tim ekspedisi pencarian puspa karsa terbentuk, obsesi Raras mendapatkan Puspa Karsa membawa Jati turut bergabung dalam tim ekspedisinya, Jati seakan sudah disiapkan untuk itu sejak lama, ada beberapa orang yang berangkat, termasuk Suma. Mereka menamainya dengan Tim Ekspedisi 2.

Dari awal, buku ini disajikan dengan alur campuran, maju dan mundur. Penulis  berhasil membuat pembaca merasa penasaran dengan misteri-misteri yang ada dalam novel ini.  

Ketika alur tersebut diputar, penulis menjelaskan  26 tahun  sebelum tim ekspedisi 2 terbentuk, pernah ada tim ekspedisi 1, Raras merupakan anggota tim ekspedisi 1. Ketika  itu usia Raras masih muda. Beberapa anggota tim ekspedisi gugur dalam pendakiannya di gunung lawu, beberapa orang lagi jadi tidak waras alias gila, yang tersisa hanya Raras yang meninggalkan bekas cacat pada kakiknya sehingga membuat Raras menghabiskan setengah hidupnya di kursi roda.

Cerita-cerita misteri tersebut membuat tim ekspedisi 2 kecil hati, tim ekspedisi beranggotakan 5 orang, Lambang dengan latar belakang arkeologinya adalah orang yang ditunjuk sebagai pemimpin ekspedisi, Iwan adalah ahli Botani yang akan melakukan verifiikasi fisik puspa karsa, Jindra adalah mantan tentara elite yang bertugas menjaga keamanan mereka selama ekspedisi, kemudian Suma dan Jati yang bertugas mendeteksi bau dan mecari aroma puspa karsa dengan kemampuan penciumannya. Jati sempat menolak bergabung dalam tim, namun karena punya misi sendiri mencari asal usulnya, jatipun bergabung dalam tim ekspedisi.

Jauh berbeda dengan latar pada awal dan tengah cerita yang kehidupannya modern ditengah diperkotaan, pabrik kosmetik, dan Prancis, pada bagian ini penulis menyuruh pembaca membayangkan sebuah desa di kaki gunung lawu, sangat tradisional.

Pada saat tim ekspedisi akan berangkat menuju Mahesa Guning (nama lain Gunung Lawu), dengan banyak sekali alasan juru kunci gunung lawu tidak menginjinkannya, juru kunci tersebut merupakan anak dari juru kunci gunung lawu yang meninggal setelah 26 tahun lalu mengijinkan tim ekpedisi 1 Puspa Karsa untuk  naik lewat jalur terlarang, jalur tengah.

Situs Kalipurba, Cemara pogog, candi sukuh, pasar setan, Alas Kalingga, desa tak kasat mata, hyang arimong, dan kiongkong yang ada di gunung lawu semuanya dijelaskan secara detail oleh penulis dengan aroma mistis dan angker.

Kebohongan Terbesar Mulai  Terungkap

Raras Prayagung tetap saja bersikeras ingin tim ekspedisi yang sudah ia siapkan berpuluh-puluh tahun ini berangkat mencari tanaman sakti, akhirnya tim ekpedisi tetap naik dengan jalur tengah, baru satu hari tim ekspedisi naik dari basecamp, Jati sudah terpisah dari rombongan.

Pada bagian ini tampak sekali dunia fiksi yang penulis bangun,tiba-tiba tokoh Jati berada disuatu desa yang disebut Dwarapala. Daun, pohon, Harimau dan batu ukurannya dua kali lipat dari ukuran aslinya, Jati bertemu dengan dua orang yang membawanya ke desa tersebut. Manusia pohon, Jati menamainya.

Potongan potongan misteri mulai terkumpul. Desa Dwarapala merupakan desa tak kasat mata, hanya beberapa pendaki yang dapat melihat desa tempat kelahiran Jati itu, Oleh Empu Smarakandi pemimpin desa Dwarapala, Jati sedikit demi sedikit menemukan siapa dirinya, Jati bukan manusia biasa, nama asinya Randu, Randu adalah Banaspati.

Pada akhir cerita, alur dibuat mundur lagi 26 tahun yang lalu ketika tim ekspedisi pertama pencarian puspa karsa, Raras masih muda, tekatnya mencari puspa karsa sangat kuat. Meski sudah beberapa kali diperingati Raras tetap nekat. Nah disitulah mulai terungkap semuanya, 26 tahun lalu laki-laki yang sempat berbincang dengan bahasa jawa alus dengan Raras di Gunung Lawu adalah Anung, penduduk Desa Dwarapala. Raras menjajikan sebuah kebebasan pada Anung asal ia mau menunjukan Puspa Karsa pada Raras.

Tidak ada yang bisa mengantarkannya ke Puspa Karsa selain titisan Puspa Karsa sendiri yaitu anak Anung  yang bernama Malini. Malini masih bayi kala itu, dengan kekuatan Raras, ia berhasil membujuk Anung dan istrinya yg bernama Ambrik ikut ke kota, namun Anung meminta agar membawa dua bayi, satu Malini anaknya dan satu lagi untuk menjaga Malini, Banaspati bernama Randu.

Pada bagian ini, cerita begitu sangat rumit. Raras terkena panah racun di kakinya, bangun-bangun ia sudah di sebuah rumah sakit di Jakarta. Raras kehilangan jejak Anung, Ambrik dan kedua bayi itu.

Girah Rudira, ritual yang dipercayai Wong Dwarapala, yaitu membunuh titisan Sanghyang Batari Karsa  yang keluar dari Mahesa Guning, dan mengeringkan darahnya demi menyelamatkan Mahesa Guning. Kabut tebal mirip cincin kelabu sudah mengitari gunung lawu, sebelum terlambat, Anung dan Ambrik harus melakukannya, Anung menyesal membawa Ambrik sampai sini, dengan terseok-seok, Anung yang harus membunuh istrinya dengan tangannya sendiri, seorang diri di negeri Asing, ritual yang sangat mengerikan, tubuh tergantung dengan posisi terbalik, mengulirkan pisau di relung leher istrinya.

Raras Prayagung dengan segala akalnya berhasil membawa bayi perempuan Anung, Malini.  Kemudian Malini ia ganti nama menjadi Tanaya Suma, yang kemudian jadi anak angkatnya, malang, bayi Randu di bawa preman untuk dijual.

Pembaca dapat menyimpulkan sendiri apa yang telah terjdi dalam cerita  rumit ini, meski memakai alur yang sedikit maju, sedikit mundur tidak membuat pembaca merasa bingung.

Di dekat gua, Jati menemukan Suma dengan tubuhnya tergolek dan dilekati kelindan akar gemuk yang sudah menutup setengah tubuhnya . Suma telah menemukan Puspa Karsa. Jati sudah paham semuanya, sejak lahir separuh diri Suma merupakan titisan Sanghyang Batari Karsa atau Puspa Karsa. Jati tidak mau nasib Suma, si Malini akan sama dengan Ibunya, Ambrik.

Penggal demi penggal cerita mengalir. Apa yang Jati saksikan dalam benaknya mampu membawanya lari dari rasa sakit. Ia dibawa pergi ke sebuah zaman, menyksikan rangkaian peristiwa panjang tentang kisah cinta Raja Majapahit kala itu, Mahesa Guning dengan  perempuan tercantik diseluruh negeri Sanghyang Batari Karsa.

Atas kesalahan Mahesa Guning, ia harus membunuh dan mengeringkan darah istrinya, Sanghyang Batari Karsa. Sebagai bagian abadi dari Alas Kalingga, Puspa Karsa tidak bisa dimusnahkan,  Sanghyang Batari Karsa dikurung dalam bentuk tanaman. Mahesa Guning hanya ingin agar Puspa Karsa tetap memiliki mata untuk melihat dunia, segelintir darah Puspa Karsa yang ia sisakan tetap menyimpang darah Sanghyang Batari Karsa, mengandung kehendak tunggalnya untuk bebas.

Raras dan semua pihak yang telah berkongsi demi menemukan Puspa Karsa adalah untaian panjang dan berliku untuk berlabuh pada titik ketibaan jati di gua itu. Kini ia berhadapan dengan Puspa Karsa, bunga sakti yang bisa mengendalikan kehendak kini akan merenggut Suma darinya.

Puspa karsa mengentak-entak seperti terselah sesuatu, leher jati kini terbelit Puspa Karsa, darah mengaliri leher, tangan dan membasahi baju Jati. Merangkak dengan tersengal-sengal Jati mengambil biji-biji dewandaru perbekelannya, ia melahapnya dan memberikan semua yang tersisa ke mulut Suma.

Akhir cerita mereka semua terbebas dari Puspa Karsa bunga yang mengendalikan kehendak, setelah pamit kepada Empu Smarakandi dan desa Dwarapala, Suma dan Jati turun gunung dan mencari tim ekpedisi lain dengan berpencar.

Hal yang unik disini terjadi lagi, diujung cerita Tanaya Suma berhasil menemui ibunya, Raras Prayagung. Di tempat itu Suma membunuh Raras Prayagung dengan racun. Tidak ada yang tahu Raras dibunuh oleh anaknya sendiri, Suma. Suma ingin Raras merasakn rasanya dikuasai Puspa  Karsa seperti ibu kandungnya. Raras Prayagung membuat kebohongan terbesar dalam hidupnya demi sebuah ambisi dan  obsesi, sifat tokoh  Raras disini digambarkan pekerja keras seperti Srikandi modern, tapi dia mati karena obsesinya sendiri. Ia memberikan semuanya kepada Suma kecuali sebuah kejujuran.

Luar biasa buku ini dapat menghipnotis pembaca dengan semua alur yang menegangkan, diksi dan pemilihan kata yang dipakai Dee Lestari sangat indah, gaya penulisannya membuat pembaca merasa sedang didongengi sebuah cerita, dunia fiksi yang dibangun oleh Dee lestaridapat diterima akal, masuk akal dalam dunia fiksi.

Betapa tidak, Dee Lestari mengatakan buku ini merupakan buku yang penuh tatangan, risetnya luar biasa hingga harus kursus parfum, menengok keadaan TPA Bantar Gebang hingga naik ke Gunung Lawu.

Semua  klimaks dalam buku ini ada di akhir cerita, akhir yang sangat rumit dan menegangkan, ketika di bagian tengah ketika Suma mecari tahu siapa Jati dengan membuka catatan-catatan pribadi Jati, saharusnya tidak usah dibahas secara detail, hanya seperti basa basi namun potongan misterinya tidak terlalu banyak.

Pada akhir cerita juga akhirnya Jati dan Suma menikah, namun bagi sebagian pembaca, mungkin membutuhkn sekuel lanjutan setelah Empu Samarakandi tiba-tiba datang di dunia modern dan memperingatkan Jati untuk berhati-hati, karena di darah Suma masih ada titisan Puspa Karsa, bahkan si Empu bertanya pada Jati, apa ia tidak curiga mengapa Raras mati mendadak di Basecamp, bagian akhir ini membuat Suma seolah menjadi tokoh Antagonis yang berbahaya, karena titisan Puspa Karsa. Diakhir cerita tidak dijelaskan apakah pada akhirnya Jati akan membunuh Suma dengan Ritual Girah Rudira. Tidak ada yang tahu.

Yang jelas novel yang diadaptasi dari Platform Digital Cerbung atau Cerita Bersambung milik Dee Lestari ini berhasil membuat pembaca sangat mencintai buku ini dengan kisah mitologi jawa yang kental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun