Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Relevankah Gerakan Feminisme Amina Wadud

22 September 2018   14:11 Diperbarui: 22 September 2018   14:34 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paus di kalangan Katolik Roma.  Dalam sejarahnya, tidak pernah dan mungkin tidak akan pernah Paus yang datang dari kaum wanita.  Demikian juga dengan kardinal-kardinalnya. Bahkan masyarakat Katolik di Amerika menghendaki supaya wanita diperbolehkan menjadi pendeta  Dan demikian pula dengan para rabi bagi kaum Yahudi, tidak pernah muncul dari kalangan wanita.   

Jadi, dengan melihat tentangga kita, tampaknya pria memang diciptakan untuk melindungi kaum hawa.  Keadaan itu disebabkan karena adanya struktur dan fungsi ragawi antara pria dan wanita ada yang berbeda seperti telah diungkapkan di muka.  

Lalu, kenapa kita selalu berupaya untuk menyatukan perbedaan?  Bukankah dalam Al Qur'an diungkapkan bahwa Allah SWT menciptakan alam ini berpasang-pasangan? Ada pria dan wanita, serta ada siang dan malam. Adilkah kita menyatakan bahwa malam tidak berbeda dengan siang?  Tentu saja, ada yang sama dan ada yang berbeda.  Demikian pula halnya dengan pria dan wanita.  

Kalau kita umpamakan manusia itu adalah sebuah permainan bola, maka permainan sepak bola dengan voli akan berbeda aturannya, sekalipun sama-sama menggunakan bola yang besarnya hampir sama.

Merasa aneh juga, jika dogma dalam suatu agama dimaknai sebagai justifikasi buat manusia untuk menghukum manusia lain hanya karena berlawan arus dengan dogma itu. Galileo harus pasrah jiwanya melayang dengan sia-sia.  Ia dihabisi nyawanya dengan cara tubuhnya dibakar dengan kejam oleh manusia yang merasa dirinya suci.

Sebenarnya, siapakah manusia suci itu?  Apakah manusia yang membenarkan memancung manusia lainnya lantaran ideologinya berbeda atau bersebrangan arah.  Di sini akan muncul suatu kemenangan oleh suara mayoritas,  sekalipun kemenangan itu bukan atau belum tentu suatu kebenaran yang hakiki. Padahal agama-agama yang ada di muka bumi ini selalu mengajarkan tentang hidup yang damai dan saling mengasihi di antara sesama ummat.

Apa yang kita perlukan sekarang adalah mematahkan pemahaman Dr Amina yang kita anggap keliru dengan argumen yang meyakinkan sehingga dia dapat berubah fikiran ke arah yang benar sesuai dengan tuntunan Al Qur'an.  

Kalau dia masih keukeuh dengan pendapatnya, sekalipun kita sudah bersusah payah menyakinkan dia.  Kita ingat saja pada ayat-ayat dalam Al Qur'an.  Misalnya kita diajarkan bahwa tidak ada paksaan dalam agama, kemudian di ayat lain muncul bahwa agamamu buat kamu, dan agamuku untukku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun