Disamping para nabi, banyak ulama-ulama di masa lalu yang asli kelahiran Syria. Kita sebut saja diantaranya Majiduddn b. Taymiyyah (1093-1154), seorang ahli fiqh dan ushl fiqh Hanbali yang lahir di Haran dan dimakamkan di tempat yang sama, Ibn Qudamah (1147-1223), seorang ahli fiqh Mazhab Hanbali yang tinggal dan dimakamkan di Damaskus, Syihbuddn b. Taymiyah (1229-1283), seorang ahli fiqh dan ushul fiqh yang lahir di Haran tapi tinggal di Aleppo.
Taqiyuddn Ibn Taymiah (l. Haran, Damaskus, 1262-1327), seorang tokoh pembaharu yang makamnya berada di tengah Kampus Universitas Damaskus, Ibn Qayyim al-Jawziyyah (l. Damaskus, 1292-1350), Ibn Habb al-Halab (l. Aleppo, 1339-1405), seorang ahli ushl fiqh Hanafiyah yang pernah tinggal di Aleppo dan Damaskus, Muhammad al-Kawkb, (l. Aleppo, 1609-1685), dan Jamal ad-Dn al-Qsim (l. Damaskus, 1866-1913), seorang ahli Tafsir, fiqh, dan ushl fiqh Syafi'i.Â
Saat ini ulama-ulama Syria merupakan ulama yang paling disegani di dunia Arab. Dalam hal kualitas, jumlah, dan pengaruh, ulama-ulama Syria tak dapat diperbandingkan dengan negara-negara Arab lain. Syria memiliki tradisi lokal yang berakar sangat dalam untuk mendidik ulama, seperti halaqah di masjid. Keluarga ulama-ulama terkemuka Syria sering mengajarkan ilmunya dari generasi ke generasi.Â
Kota-kota seperti Aleppo dan Damaskus juga memiliki sejumlah institusi modern --terutama Fakultas Syariah di Universitas Damaskus-- yang telah memberikan sumbangan khusus pada kualitas ulama-ulama Syria secara keseluruhan.
Damaskus memang kota tua yang sangat bersejarah. Pada tahun 661, Kota Damaskus dijadikan sebagai Ibukota kerajaan Umayyah oleh Muawiyah bin Abi Sufyan.
Muawiyah menjadi Gubernur Damaskus selama 20 tahun yang wilayah kerjanya meliputi seluruh Syria, hingga ia mendirikan dinasti Umayyah di sana. Sementara ketika dinasti Umayyah runtuh, dan Bani Abbasiyah berdiri pada tahun 750, Syria hanya dijadikan salah satu propinsi dari kerajaan Abbasiyyah yang berpusat di Bagdad.
Syria pernah dikuasai oleh dinasti Ayybiyah yang berkuasa hingga tahun 1260. Dinasti ini runtuh setelah adanya pemberontakan oleh salah satu resimen budak (mamlk) milik Dinasti Ayybiyah sendiri. Pemberontakan ini berhasil membunuh sultan terakhir Ayybiyah dan mengangkat Aybeg, salah seorang pejabat mamlk, sebagai sultan baru.Â
Sejak saat itu, Syria berada di bawah kekuasaan dinasti mamlk. Dinasti inilah yang berhasil menyelamatkan Syria dari serangan Mongol dalam perang di Ayn Jalut 1260. Syria dikuasai dinasti ini hingga Turki Usmani mengambil alih tahun 1516.
Kekalahan Bani Fatimiyyah di Mesir dari Bani Ayybiyah telah menghidupkan semangat keberagamaan Sunni baik di Mesir sendiri maupun di Syria. Penghidupan semangat Sunni ini juga dilakukan oleh dinasti Mamlk di Syria. Semoga kita bisa melihat sejarah secara jernih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H