Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Irrasionalitas Manusia Satu Dimensi

28 Agustus 2018   19:54 Diperbarui: 28 Agustus 2018   20:29 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Super market atau mall adalah tempat transaksi jual-beli manusia yang dianggap mampu memenuhi kebutuhan manusia modern. Tempatnya yang megah dan bersih serta berbgai kemudahan yang ditawarkan fasilitasnya, semakin mengukuhkan tempat tersebut sebagai tempat yang paling layak dijadikan tempat pemenuhan kebutuhan manusia modern.

Padahal, dibalik semua itu, yang ada hanyalah seragamisasi-seragamisasi rasionalitas yang sebenarnya justru mengungkung kebebasan manusia yang dalam sisi yang lain selalu digembor-gemborkan oleh manusia modern.

Sebagai contoh, dalam super market atau mall, kita tidak akan pernah menemui adanya tawar menawar harga dari penjual dan pembeli, karena harga telah ditetapkan oleh produsen yang "memaksa" terjadinya anggapan bahwa harga itulah yang paling sesuai.

Akibatnya, menawar harga tersebut merupakan hal yang dianggap tabu atau aneh dan tidak rasional.

Selain itu, keramahan petugas yang menjaga stan-stannya pun bukanlah keramahan yang muncul dari ketulusan hati, akan tetapi hanya karena tuntutan pekerjaan.

Sehingga, jangan heran, jika kita aka melihat kesamaan tinkah laku orang-orang yang ada supermaket, karena memang mereka disetting untuk sama.

Seragamisasi seperti itulah yang menjadikan manusia yang ada dalam supermarket atau mall, baik penjual dan pembeli, menjadi robot-robot yang hanya digerakan oleh satu sistem tanpa adanya otoritas hidup sebagai manusia yang sesungguhnya penuh ekspresi.

Manusia-manusia sepeti itulah yang disebut oleh Herbert Mercuse sebagai "Manusia Satu Dimensi". Manusia satu dimensi adalah manusia yang telah terjebak pada satu dimensi rasionalitas. Berpikir seperti mesin. Segalanya Instrumentalisas dimana manusia dipandang dan dihargai sejauh dapat dikuasai, digunakan, diperalat, dimanipulasi dan ditangani dan dibuang bila sudah tidak berguna. Benar-benar seperti menggunakan mesin.

Sehingga, Pasar tradisional yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat jual-beli tetapi juga ruang publik masyarakat golongan menengah ke bawah, dianggap tidak layak lagi oleh penguasa karena tidak terlalu menguntungkan dan akan digadaikan menjadi mall atau supermarket yang berakibat terjadinya homogenisasi kebudayaan yang katanya kebudayaan modern.

Tidak ada lagi ruang bagi keunikan, semua ditangani berdasarkan rasionalitas yang tidak rasional karena semuanya merupakan paksaan tetapi indivu mentolerirnya dengan alasan modernisasi.

Pasar tradisional menyimpan berbagai keunikan masyarakat tradisional, gameinschafft masyarakat yang guyub tidak lagi lagi dapat ditemui di dalam supermarket, tidak ada yang jual jamu keliling, tidak ada interaksi antar pembeli dan penjual karena semua harga sudah ditetapkan tanpa ada proses tawar menawan sangat non sense.

Manipulasi Teknologi

Manusia menciptakan, memanipulasi dan memeralat benda-benda, alam serta mesin-mesin, untuk memudahkan hidupnya.

Di saat yang sama, hal itu juga berlangsung di wilayah politik dan sosial. Di sinilah manusia dan masyarakat tak terkecuali berada dalam penguasaan dan manipulasi teknologi.

Oleh karena itu kita perlu menegativkan kembali apa modernisasi itu selalu baik? Ketika semua menjadi satu dimensi modern, maka modern tidak ada artinya karena tidak ada tradisional.

Modernisme pasti juga memiliki efek-efek bawaan yang negatif misalnya konsumerisme, oleh karena itu kita harus meninjau kembali identitas yang dianggap lebih baik dari identitas yang lain tidak bisa digeneralisasi malinkan terdapat perbedaan lokal yang menjadi keunikan. Sehingga tidak hanya terbentuk satu dimensi saja dari manusia dan masyarakat.

Manusia memiliki multi Dimensi dari yang paling mendasar, seperti manusia sebagai mahluk yang memiliki motivasi, kesadaran, kebebasan, agresi, dan sebagainya.

Tetapi kemudian tercemari dengan pengingkaran multi deminsi manusia karena dimensi yang lain tidak bisa dikalkulasi yang muncul adalah Instrumentalisasi pemikiran. Teknologi mengkungkung manusia sehingga manusia berjalan sebagaimana mesin.

Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan modern yang a priori disusun sedemikian rupa sehingga mereka bisa melayani sebagai instrumen konseptual untuk alam semesta mendorong diri, kontrol produktif; operationalism teoritis datang ke sesuai dengan operationalism praktis.

Metode ilmiah yang mengarah pada "lebih efektif", datang untuk memberikan konsep-konsep murni serta sarana untuk "lebih efektif" yang pernah mendominasi manusia oleh manusia melalui dominasi alam.

Teknologi juga menyediakan rasionalisasi besar dari ketidakbebasan manusia dan menunjukkan "teknis" kemustahilan menjadi otonom, menentukan sendiri kehidupan satu. Ketidakbebasan muncul ketika politik dan ketidakrasionalan masyarakat muncul untuk memperbesar tenaga kerja.

Di sinilah manusia dan masyarakat, tanpa terkecuali, berada dalam penguasaan dan manipulasi teknologi. Selain instrumentalisasi, manusia juga terdominasi dengan istilah operasionalisasi. Permasalahan dalam bingkai teknologis ini hanya dapat diselesaikan jika operasional. Ketika terdapat permasalahan pedagang pasar tradisonal yang tidak setuju dengan penggusuran pasar oleh pemerintah malah dianggap terlalu kabur.

Karanenya perlu dioperasionalisasikan. Artinya, perlu diterjemahkan dalam situasi dan tingkah laku yang konkrit, berarti harus disediakan tempat baru yang layak, diberi suntikan modal, masalah atau dengan kalimat lain masalah disingkirkan tanpa mengubah struktur masyarakat, sistem tetap dipertahankan.

Marcuse mengungkapkan, yang terjadi bukanlah manusia menindas manusia lainnya, golongan tertentu menindas golongan lainnya. Tak ada lagi orang atau golongan yang ditunjuk sebagai penindas. Melainkan terdapat suatu sistem totaliter yang menguasai semua orang, seluruh realitas alamiah dan sosial. 

Tak ada orang yang dapat memengaruhi sistem anonim itu. Sistem yang tampak dalam segala bidang ini, menonjolkan diri baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun