Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Ali Harb, Menyeimbangkan Teks dan Nalar

28 Agustus 2018   15:08 Diperbarui: 28 Agustus 2018   15:35 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Cak Nur dan Gus Dur sedang berbincang hangat. Kita tanpa kalian jadi repot.

Memahami Esensi Kebenaran

Seorang pemikir islam yang sangat mempertanyakan soal kebenaran agama, mungkin tidak akan asing lagi bagi kita setelah kita mengenal sosok Ali Harb. pemikir Islam kontemporer asal Libanon itu, kini lagi naik daun dan mencoba ikut meramaikan wacana pemikiran Islam Timur Tengah.

Berbicara tentang Ali Harb tidak akan lepas dari istilah teks dan nalar. Teks adalah wujud yang independen, baik dari unsur penyusunnya maupun realitas-realitas luar supaya bisa publikasikan di tengah-tengah realitas yang ada. Ali harb tidak segan segan memberikan kritik terhadap teks. Ia mengatakan bahwa teks yang tercipta di masa lampau tidak perlu dibaca sebab akan menutupi hari ini.

Sedangkan nalar adalah kemampuan prosedural teknis metodis dan aktifitas kritis. Ia memungkinkan bagi adanya komentar dan penafsiran, dan bahkan ia terbuka terhadap realitas. Sebagaimana kata Ali harb, kita tidak perlu membaca hadis Nabi untuk bisa seperti Nabi dulu yang mana ketika membaca hadis Nabi, saat itu, berarti telah membuat kita akan kembali beribu-ribu abad ke belakang. Masa di mana Nabi hidup.

Teks menciptakan nalar, penilaian, anggapan dan juga dipahami sebagai sesuatu yang tampak., maka dari itu, setiap teks mempunyai "strategi" untuk mempertahankan keberadaannya, yakni dengan cara menutup (hijab) terhadap "teks" lain.

Dalam hal ini, Ali Harb kemudian mencoba memberikan solusi dengan cara pemahaman tamatsul dan pemahaman tamtsil. Strategi inilah yang membuat Ali Harb tidak percaya terhadap "teks". Ali Harb menilai "perkataan" adalah tipu daya dan "teks" adalah bentuk penipuan yang selalu memberi batasan di antara dimensi yang berbeda.

Dari sini, sehingga Ali Harb melarang berinteraksi dengan apa yang teredaksikan dalam teks tersebut. Dan sebaliknya, Ali Harb menginginkan harus berinteraksi dengan apa yang tersembunyi dan tidak tersentuh oleh teks.

Kebenaran bersifat relatif

Pada umumnya, aspek kebenaran yang hilang dan diutamakan keberadaanya dimata para penganut kepercayaan dan Aliran tertentu adalah sama. Itu karena setiap kelompok mereka bertolak pada dari posisi lama yang jelas dan fundamental serta berdasarkan tindakan pengambilan jarak dari kelompok lain dalam kelompok kebenaran yang menjebak mereka kedalam wilayah kesalahan dan kesesatan.

Kebenaran bagi mereka berdasarkan pada esensi kebenaran itu sendiri melalui cara-cara yang telah disebutkan di atas. Mereka kemudian menggambarkannya sebagai suatu yang absolut dan merupakan obyek yang tanpak serta dapat diketahui dan sesuai dengan historisitas proses pengetahuan dan karakter kenisbian termasuk sumber sumber kemanusiaan. Mereka berbeda dalam pencapaian namun sepakat secara esensi.

Sehingga Ali harb mengatakan bahwa tidak ada dialog tanpa sikap saling memberi dan menerima. Juga, tidak akan ada sikap  saling memberi dan menerima tanpa sikap saling pengertian atau pengakuan akan hak-hak untuk berbeda. Hak inilah yang kemudian dapat membawa kita merubah pemahaman tentang kebenaran, dimana,  tidak lagi dipikirkan sebagai suatu esensi yang statis, kekal, transenden dan mendahului realitas.

Bahkan, kita akan menangkap dan memahaminya sebagai eksistensi yang berbeda penangkapannya. Atau sebagai peristiwa yang bermacam-macam pembacaan. Dan bentuk-bentuk penangkapannya. Sebuah kebenaran hanya menjadi sistem eksperimen atau proses untuk menjelaskan sesuatu. Ia merupakan pedoman prinsip, sistem aksioma, kerangka acuan untuk melihat sesuatu dan dasar pemikiran untuk meneliti.

Pluralitas

"Saya tidak sepakat terhadap pendapat yang menyatakan islam itu satu", kata Ali Harb. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Ali Harb sangat menghargai pluralisme. Bahkan, ia mengatakan apa yang sesuai dengan islam akan sesuai pula bagi agama lain, baik agama lama maupun baru, agama langit atau agama bumi.

Orang yang mengakui keberadaan hakikat ini atau yang berpendapat bahwa islam berperan dalam pembentukan keberagamaan dan pluralitas serta situasi yang mendukung terciptanya kreativitas dan temuan baru, dapat saja berdialog dengan umat islam dan seluruh manusia.

Seseorang yang mengakui akan perbedaan dan memahami suatu yang berbeda dengan dirinya akan mampu menerima keberadaan orang lain dan akan membangun prinsip dasar untuk saling memahami dan menciptakan konsep bersama-sama dengan saling memberi dan menerima satu sama lain.

Jika hal demikian tidak dapat dilakukan maka yang terjadi adalah kehancuran dan pertikaian karena masing-masing agama menganggap dirinya paling benar dan agama lain adalah salah dan harus diberantas dari kesalahan tersebut. seperti pembakaran gereja atau pengrusakan masjid yang pernah terjadi disekitar kita merupakan salah satu contoh ihwal tersebut.

Oleh karena itu, gagasan Ali Harb mengenai pluralitas sangat penting untuk kita kaji dan kita amati. Sehingga kita dapat dengan benar memahami suatu esensi kebenaran. Bukan kebenaran yang hanya bersifat formalistik.

Sebagaimana dikatakan Ali Harb, pengakuan perbedaan diri kita dengan orang lain adalah cara untuk menumbuhkan rasa saling pengertian. Sebaliknya, ketika tidak ada pengakuan akan adanya perbedaan itu maka berarti tidak akan ada kemungkinan untuk berdialog dan saling mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun