Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menyesal Aku Pernah ‘Memujamu’‎

12 Oktober 2015   09:45 Diperbarui: 12 Oktober 2015   09:51 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="dok. internet"][/caption]Teruntuk dia yang selalu ada . Catatan ini aku buat untuk mengabadikan kisah hidup, melengkapi catatan harian. Untuk siapa saja, semoga menjadi hiburan, pengatar tidur, atau pelajaran bahkan mungkin kita punya kisah yang sama sehingga kita bisa merasakan duka ini bersama. Walaupun mungkin dengan masa yang berbeda, luka hati tetaplah akan selalu diingat sepanjang kita masih hidup walau sekadar menjadi bagian sejarah yang telah berlalu.

Menyesal, engkau pernah penjadi orang yang aku puja. Malam itu adalah malam kenangan walau tidak sarat dengan makna yang berarti. Pertama dan terakhir kali. Langkah pastiku terhenti dan terputus begitu saja tanpa selembar pesan walau sekadar ucapan terima kasih. Sebaliknya, justru kau tinggalkan kebencian yang aku lihat pada sebuah pesan dari hari ke hari ketika aku mengabarimu.

Menyesal pula malam itu bunga aku berikan walau sejatinya hanya kebetulan, karena aku ingin berbagi untuk orang di luar agama kita, jika itu menjadi petaka yang telah merusak hubungan kita sebagai parter kerja.

Dari hari ke hari setelah malam itu, engkau seperti orang asing yang menganggapku hanya sebagai manusia tak ‘berguna’. Beberapa kabar yang aku sampaikan menjadi belenggu bagimu, yang membuatku enggan mendapatimu dalam suasana apapun.

Aku selalu berfikir dan berusaha memperbaiki komunikasi dari awal seperti kita baru kenal dan tak ada kecurigaan dari setiap komunikasi yang kita lakukan. Kita adalah tim yang tak seharusnya menyimpan ‘dendam’.

Namun, aku melihatmu tak menyukainya. Dan kecurigaan masih engkau rasakan. Kulihat itu dalam komunikasi kita yang terakhir melaui pesan singkat.

Han, kamu sudah pulang?

Memang kenapa?

Tidak apa-apa,” jawabku. “Oh ya, bukumu masih ada di aku ya? kemaren-kemaren aku ingin mengembalikannya tapi kamu bilangnya santai saja. Akhirnya aku jadi lalai, maaf,” lanjutku.

Kamu taruh saja di Amanat!” Jawabmu.

Benar, engkau pulang kerumahmu di daerah Cirebon. Tapi, dalam waktu dekat engkau akan kembali. Mungkin ada hal penting yang perlu kamu lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun