Bahasa adalah sebuah alat untuk melaksanakan komunikasi yang bersifat arbitrer serta konvensional. Dalam konteks linguistik terdapat pembagian jenis dari bahasa itu sendiri. Bahasa terbagi menjadi bahasa pertama dan bahasa kedua. Dalam komunikasi lisan maupun tulisan, kedua jenis bahasa tersebut memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda juga memiliki faktor-faktor pemerolehan yang berbeda. Yang menjadi pembeda dari dua bahasa ini adalah terkait dengan bagaimana penyebutan bahasa yang pertama dan bahasa kedua bisa ada.
Bahasa kedua hanya bisa diperoleh setelah seseorang memperoleh bahasa pertama. Namun, terdapat perbedaan pada proses pemerolehan keduanya, yang mana dalam bahasa pertama diperoleh melalu proses pemerolehan, sedangkan bahasa kedua diperoleh melalui proses pembelajaran (Steinberg, 2001).
Bisa dibedakan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dapat diperoleh melalui pemerolehan yang sifatnya alamiah atau tidak sadar, maka pemerolehan bahasa kedua dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal yang tentu saja bersifat sengaja dan sadar. Bisa dibayangkan bahwa pembelajaran  bahasa kedua ini melibatkan peran luar personalia yang mempelajari bahasa kedua. Seperti jenis lingkungan formal atau informal, ataupun faktor dari lingkungan yang bisa dikatakan suportif untuk mempelajari bahasa kedua.
Secara psikologis, orang dewasa memiliki peluang untuk menguasai bahasa kedua. Jika menggunakan metode kelas, pembelajar sebagai siswa memiliki implikasi yang berbeda bagi anak maupun bagi orang tua. Hal ini dikarenakan orang dewasa tidak bisa diperlakukan dengan perlakuan yang sama seperti anak-anak didik biasa. Orang dewasa merupakan pribadi yang memiliki konsep diri yang matang, berbuat dengan bergantung dengan kebutuhan sebagai faktor yang utama.
Ketika orang dewasa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan mereka untuk menjadi diri mereka sendiri, mereka merasa  tertekan dan  tidak bahagia. Di sisi lain, fakta ini menuntut perlunya rencana pengembangan pendidikan bagi anak-anak dan orang dewasa dalam mempelajari bahasa kedua. Tulisan ini akan fokus pada pembahasan tentang bagaimana strategi seorang anak dan orang dewasa dalam mempelajari bahasa kedua. Pembahasan secara praksis dan praktik ini mengarah pada aspek formal yaitu metode tindakan kelas untuk mengetahui strategi pembelajaran bahasa kedua.
Teori Pemerolehan Bahasa Kedua
Teori pembelajaran bahasa kedua berasal dari dunia Barat dan bahasa kedua yang terkait dengan teori ini adalah bahasa Inggris. Untuk dapat menerapkan teori, kita harus lebih bijak, bahkan jika memungkinkan untuk membuat teori berdasarkan pengalaman kita. Dalam hal ini, bahasa kedua  adalah bahasa Inggris yang  banyak dibicarakan.
Padahal, pembelajaran selalu terikat dengan guru, kurikulum, alokasi waktu, dan lain hal. Sedangkan pemerolehan bahasa ibu semua ini tidak ada. Fakta lain bahwa ketika anak memperoleh bahasa pertama, anak mulai dari awal, sementara belajar bahasa kedua, pembelajar sudah memiliki bahasa itu.
Meninjau kembali dalam pemerolehan bahasa pertama, perlu dipahami bahwa seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bisa berbahasa secara baik. Ada proses yang berlangsung selama masuknya kaidah-kaidah kebahasaan yang pada setiap tahapnya akan terus mendekati bagaimana orang dewasa berbahasa.
Dalam teori behaviroristik dijelaskan bahwa seorang anak membutuhkan sesuatu yang mampu memberinya stimulus untuk bisa berbahasa, entah itu dari orang tua, keluarga, atau lingkungan di sekilingnya. Dari poin ini bisa diambil bahwa sudah terdapat peranan caretaker yang membantu seorang anak untuk memperoses komponen-komponen kebahasaan.
Model pengkondisian operan adalah teori pemerolehan bahasa dari teori behavioris yang dikembangkan oleh B.F Skinner dalam bukunya yang dirilis sekitar tahun 1957 berjudul "Verbal Behavior". Model ini merupakan pengembangan lanjutan dari teori belajar pengondisian operan dalam psikologi behavioris yang didasari oleh filsafat empiris dan linguistik struktural Amerika yang beranggapan bahwa bahasa merupakan hasil stimulus--respon antara pembicara dan pendengar.