Mohon tunggu...
Haris Fauzan Mustofa
Haris Fauzan Mustofa Mohon Tunggu... -

Rakyat biasa mencari cermin yang tepat.

Selanjutnya

Tutup

Money

Keretaku Anjlok

6 Mei 2010   07:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:22 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang ini, tiga loket karcis di stasiun Cawang tutup. Tertulis di atasnya "Tidak melayani pembelian Tiket", karena ada kereta yang tabrakan (anjlok) di Stasiun Manggarai. Lantas, mencoba mencarikan solusi "Kita tidak tahu kapan bisa jalan lagi, dan silahkan cari alternatif lain".

Rasanya berita seperti itu sudah jamak dan sering kita dengar. Terutama, bagi yang komuter dengan kereta KRL baik di jakarta maupun sekitarnya. Alasannya pun bisa saja beragam mulai dari yang tabrakan, mogok, tergelincir, sinyal rusak, dan alasan lain yang kadang-kadang petugas sendiri tidak tahu.

Komplain pun penulis kira sudah tidak terhitung. Mulai dari yang tertulis di surat pembaca, di radio, di televisi, ataupun di internet. Namun, kejadian ini terus berlangsung dan berlangsung terus tanpa ada perubahan signifikan. Lebih lagi, tanpa ada yang merasa bertanggung jawab atas segala kejadian ini. Apakah kepala stasiunnya, kepala daerah operasi, atau direktur Kereta Api? Rasanya tidak ada yang menyatakan bertanggung jawab, minta maaf, dan berusaha berbuat lebih baik lagi.

Melalui tulisan ini, penulis mencoba mengetuk hati siapa saja yang peduli atas sistim transportasi indonesia yang lebih baik, lebih bagus, lebih nyaman, lebih tepat waktu, lebih efisien, lebih produktif, bahkan lebih green (hijau), mari kita benahi sistim kereta api kita...Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk kita sendiri.

Pernahkah kita menghitung opportunity cost yang hilang dari berbagai kejadian tadi? Mungkinkan itu kita masukkan sebagai kerugian negara yang hilang dari sistim kereta yang masih kacau dan incredible? Bagaimanapun, Kereta api juga dimodali dari uang negara alias APBN, termasuk juga ada pembayaran pemerintah melalui PSO (public service obligation)? Apakah itu semua bukan kerugian negara ?

Opportunity cost adalah peluang dan kegiatan yang hilang, yang tidak jadi dilaksanakan disebabkan oleh keputusan kita. Kita memutuskan untuk menggunakan kereta api, lantas kereta mogok. Kita tidak bisa menepati janji, kita kehilangan kesempatan bisnis, kita dianggap tidak dipercaya, dan seterusnya...banyak produktifitas ekonomi yang hilang, sehingga pantas pertumbuhan ekonomi kita hanya berkisar 5-6%.

Coba bayangkan, jika jalur kereta itu bagus dan handal, penulis yakin akan banyak sentra-sentra ekonomi yang tumbuh di sekitar jalur tersebut. Ini juga merupakan strategi yang diterapkan Jepang pada awal-awal restorasi ekonomi. Mereka membangun jalur kereta sehingga semua dapat terhubung dengan mudah. Aktifitas ekonomi pun lancar.

Untuk itu, kereta harus masuk prioritas pembangunan. Bagi para petugas /pimpinan yang mengabdi di perusahaan kereta api, ini akan menjadi sumbangsih anda semua dan menjadi ladang amal kebaikan anda semua jika bisa mengelola kereta api dengan baik. Di tengah seretnya dana, tidak perlulah kita muluk-muluk membangun teknologi tinggi, cukup dengan teknologi sederhana: dibuat jadwal yang lebih tepat, kemungkinan tabrakan yang minim, informasi yang lebih akurat dan mudah dimengerti penggunanya.

Salam cinta kereta!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun