Mohon tunggu...
Fiksiana

Sembarang Cerita

1 Desember 2015   22:27 Diperbarui: 1 Desember 2015   22:27 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Episode 1

"Kalau Aku menjadi Sersan, Aku tembak dia dengan pistol ku ini ! Ya, tepat di kaki kirinya itu."

"Saat itu lah ada dendam terhadap lelaki biadab itu yang berani mencumbui mantan kekasih ku 3 bulan lalu. Meski hanya mantan kekasih yang telah meninggalkan ku, Aku tetap memiliki rasa iba terhadap hal demikian. Alasannya masuk akal, karena Ia wanita yang sangat perlu dimulyakan tak memandang dia itu siapa. Syaratnya hanya wanita !"

"Seharusnya laki-laki itu tidak hanya berani demikian. Meniduri wanita sampai hamil 3 bulan lalu pergi tanpa ada belas kasihan."

"Ini tidak boleh dibiarkan !"

"Sudah lah, tak ada gunanya kau membela mantan kekasih mu itu. Biar dia kena batunya yang tega meninggalkan mu demi pria yang baru dikenalnya.

Aku anak ketiga dari 5 bersaudara. Ayahku bernama Supono Joyo dan Ibuku R. Hartinah kusumawardhani. Namaku Tiwa Madusudhana. Kakakku yang pertama Ia seorang insinyur pesawat terbang dan kini menetap di Jerman bersama istri dan kedua anaknya untuk beberapa waktu. Kakakku yang kedua Ia dosen di perguruan tinggi swasta Ibu Kota dan juga seorang pengacara. Aku biasa memanggilnya Kak Tata padahal nama aslinya adalah Paramitha Diah Saladu.

Aku sebagai anak ketiga yang baru lulus sarjana ilmu bumi 3 tahun lalu sangat beruntung karena memiliki dua kakak dan dua adik. Adikku yang pertama ia masih kuliah sudah 6 tahun aku belum melihat Ia pakai toga. Chandra lebih sibuk urusan luar kampus sehingga wisudanya pun digadai demi seni tari dan melukis. Sedangkan Kadhita si bungsu sibuk bergulat dengan kegiatan organisasi mahasiswa di kampusnya. Yang ku tahu Dhita sangat keras bersuara sebagai seorang ketua DPMU.

"Miko, kamu tahu tidak gunung apa yang paling tinggi di pulau Jawa ?"

Miko itu pecinta alam dan sudah berkali-kali naik-turun gunung. Di kampusnya dia sempat menjadi ketua Mapala. Hampir setiap minghu kita kumpul-kumpul jika tidak ada kegiatan naik gunung.

"Itu Semeru ! Ah pertannyaan yang sudah kau ketahui jawabannya mengapa kau tanyakan ?"

"Kenapa, kamu mau ke sana ? Lain kali ya, aku sibuk urus mahasiswa baru di kampus."

"Haha sombong sekali kamu ini. Bukan aku, tetapi adik ku Chandra yang minta diantar naik ke sana"

"Kamu serius Tiwa ?"

Segera Miko melihat jadwal acara kampusnya. Sebenarnya Ia sudah lulus namun masih aktif di kegiatan kemahasiswaan di sana.

"Tanggal berapa ? Bulan apa ? Hehe" tanya Miko.

 

 

*bersambung...

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun