Sidoarjo itu daerah penyangga dari Surabaya. Banyak pendatang yang tinggal dan bekerja di daerah ini. Ya, seperti Bogor dan Depok, untuk Jakarta. Tapi, biaya hidup di Sidoarjo relatif mahal. Yang kecil-kecil saja, apakah warga dari daerah Cemengkalang dapat dengan mudah mendapatkan transportasi kalau hendak bepergian ke kawasan Lingkar Timur?
Tidak kan? Angkutan umum uang melewati Jl Pahlawan, mentok ke Jl A Yani, untuk kemudian berputar kembali sesuai rutenya. Kalau warga harus bepergian ke Magersari, harus turun di GOR Delta, lalu ganti kendaraan. Tidak ada angkutan umum yang melayani. Apa ini pernah dipikirkan oleh para penjabat dan pemimpin Sidoarjo?
Lebih-lebih, kalau harus ke Lingkar Timur, tidak ada kendaraan sama sekali. Satu-satunya pilihan, yang setiap warga harus punya minimal kendaraan roda dua, atau oper kendaraan berkali-kali untuk menuju ke sana. Ongkos yang dibayarkan lebih besar, karena itu biaya hidup di Sidoarjo mahal. Tingginya biaya ini jelas menopang konsumsi warga, dan ujung-ujungnya mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Ya, tapi pertumbuhan semu. Tapi, banggalah karena dapat penghargaan untuk itu.
Jadi, kalau si teman ingin menjadi bupati Sidoarjo, ya pantaslah, untuk transportasi saja, banyak yang harus dibenah. Mudah-mudahan, bukan mimpi. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H