Mungkin beda, mungkin juga sama. PT Kereta Api Indonesia, termasuk perusahaan yang memonopoli angkutan kereta api di Indonesia. Semula rugi, tapi sekarang, dengan pengelolaan yang baik, secara perlahan menuai untung. Memang ada kenaikan harga tiket, dan kenaikan itu bisa diterima oleh konsumennya, Kenapa? Menurut saya, kemungkinan besar karena konsumen juga melihat PT Kereta Api serius melakukan perbaikan diri.
Kami telah menggunakan elpiji 12 kg di rumah tangga. Â Sejak harga Rp 76.000 per tabung isi 12 kg. Sekarang, sudah mulai menanjak naik. Bahkan, pada 10 September 2014, Pertamina sudah melakukan perubahan harga elpiji nonsubsidi 12 kg sebesar Rp 1.500 per kg atau Rp 18.000 per tabung. Â Dengan kenaikan itu, diharapkan ada pelayanan yang lebih baik kepada konsumen. Kadang saya bertanya, pelayanan yang seperti apa ya?
Seandainya, layanan itu termasuk  'Antar Barang hingga ke rumah konsumen', tentu akan menyenangkan sekali. Saya belum melihat seperti itu. Yang kadang terjadi, justru sulitnya mencari elpiji 12 kg saat awal-awal perubahan harga. Elpiji raib dari pasaran. Begitu hilang sudah pasti harga elpiji meroket. Harganya jauh di bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina. Kasihan kami para konsumen.
Sebagai konsumen, kami minim sekali pengetahuan tentang jalur distribusi elpiji 12 kg. Menurut saya, tidak masalah elpiji 12 kg naik harga sesuai niat Pertamina, yang kami minta adalah, kami hanya ingin akses terhadap produk ini mudah, ada dan harga yang relatif stabil. Tidak lebih. Anomali di negara ini, tidak ada intervensi dari pemerintah terhadap kenaikan harga lain ketika terjadi kelangkaan elpiji. Bayangkan, kalau harga elpiji naik, tarif listrik naik, tarif bensin naik, yang lainnya bisa naik berlipat-lipat. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H