Mohon tunggu...
haris ahmadmuzaki
haris ahmadmuzaki Mohon Tunggu... -

Tulisan yang ada disini adalah hasil dari proses dialektika pemikiran saya sendiri, jangan langsung percaya sebelum anda membuktikannya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ternyata Kau yang Menangis

11 Mei 2016   19:17 Diperbarui: 11 Mei 2016   19:27 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggelitik gendang telinga, bukan lagi suara yang sangar

sejak kapan sayup-sayup  terdengar

Raunganmu yang menghilang

Entah sudah berapa ribu senja yang kau temui

Aku yakin bukan itu sebabnya

Apakah gedung pencakar langit yang menelanmu?

Ataukah sekumpulan cerobong asap yang memenjarakanmu?

Mungkinkah juga juragan modal yang memangkasmu tandus?

Apa bahkan orang yang menganggap dirinya bijak yang menjualmu?

menelanmu bagaikan jam pasir

aku rasa tak sesederhana itu,

Lepas dari itu, dimanakah gerombolan orang yang mengaku mencintaimu?

Ingin menjagamu dengan janji-janjinya?

Yang mengaku hidup bersama mu

Sekarang mungkin mereka lebih kejam dari gedung, dari cerobong, bahkan dari orang bijak.

Melewatimu, melukaimu dengan belati mereka

Mencabut setiap helai rambutmu

Mengotori tubuhmu dengan sampah dapur

Bagi kalian para pecinta, renungkanlah.

Harist Akhmad Muzaki 7 Mei 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun