Mohon tunggu...
Haris Boritnaban
Haris Boritnaban Mohon Tunggu... Penulis - Pelayan

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Uang Menjadi Tuhan: Refleksi Teologis terhadap Eksistensi Manusia dalam Konteks Masa yang Sukar

7 Juni 2024   20:58 Diperbarui: 7 Juni 2024   20:58 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mereka benar-benar sangat dirugikan. Prestasi mereka tentu jelek. Dan, "minus pengetahuan."

Disisi lain, kasus penelantaran anak terjadi di berbagai tempat. Persoalannya karena orang tua hanya memikirkan dirinya sendiri. 

Kasus pembunuhan terjadi dimana-mana karena keegoisan manusia. Dan, Anda dapat menambahkan daftarnya. 

Semua ini terjadi karena manusia mencintai diri sendiri. Hidup hanya berpusat bagi diri sendiri.

Kedua, manusia menjadi hamba uang (ayat 2). Hamba uang sesungguhnya berarti di-pertuan oleh uang. Atau dengan kata lain, hidup dikendalikan oleh uang.

Jadi, problemnya bukan tidak memerlukan uang, tetapi apa yang mengendalikan Anda? Apakah Anda yang mengendalikan uang? Atau, uang yang mengendalikan Anda?

Dalam 1 Timotius 6:10 tertulis, "akar segala kejahatan ialah cinta uang." Jadi, persoalannya pada cinta uangnya, bukan pada uangnya. 

Bukankah roda kehidupan ini tidak bisa berjalan dengan baik tanpa uang? Nah, maka, benarlah pernyataan "segalanya butuh uang, tetapi uang bukan segala-galanya."

Sekarang, kembali ke inti pembahasan kita. Masa yang sukar terjadi karena manusia menjadi hamba uang atau mencintai uang. 

Praktek korupsi terjadi secara nasional akar masalahnya karena manusia dikendalikan atau diperhamba oleh uang. 

Praktek prostitusi terjadi hampir disegala tempat karena uang. Baru-baru ini di beberapa saluran TV termuat kasus penculikan anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun