Mohon tunggu...
Haris Boritnaban
Haris Boritnaban Mohon Tunggu... Penulis - Pelayan

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kuduslah Kamu: Memahami Pentingnya Relasi Vertikal dan Horizontal

7 Juni 2024   11:26 Diperbarui: 7 Juni 2024   11:34 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Manusia umumnya membutuhkan relasi. Saat firman Tuhan berkata, "tidak baik manusia hidup seorang diri" hal ini sedang merujuk kepada relasi antar sesama. 

Kodrat manusia bukan hidup sendiri, namun berelasi.

Saat Allah mengikat perjanjian antara Allah dan bangsa Israel, hal ini sedang merujuk relasi.

Relasi antara Allah dan umatnya bukan saja bicara menyangkut relasi vertikal, namun secara horizontal termanifestasi melalui praktek kehidupan. 

Maksudnya ada tuntutan dalam menjalin relasi yang bagaimana. Misalnya tuntutan relasi itu merujuk kepada sifat Allah yang kudus yang menghendaki umat Israel hidup kudus.

Imamat 19:2 (TB)  "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.  

Misalnya, sepasang kekasih yang menjalin hubungan asmara, tentu ada tuntutan untuk menjadi seperti apa hubungan yang mereka bangun. 

Tentu ada semacam standar nilai yang diterapkan dalam hubungan tersebut. 

Misalnya, Si A mengatakan, saya maunya "begini," saya tidak mau "begitu," dan seterusnya. Begitulah relasi antara kita dan Allah.

Di sisi lain, ada problem yang seringkali dianggap sepele, namun berdampak besar jika diabaikan. 

Saya sering mendengar banyak orang yang memberi penekanan penting bagi persekutuan secara komunal, dibandingkan persekutuan pribadi dengan Tuhan. 

Maksud saya adalah, dalam ruang publik, saya seringkali mendengarkan "si A" mengingatkan temannya ketika jarang bersekutu bersama saudara seiman yang lain. 

Namun, jarang sekali saya mendengar, semacam peringatan atau nasihat diberikan kepada seseorang tatkala ia tidak membangun hubungan pribadi dengan Tuhan. 

Jarang, bahkan nyaris tidak saya dengar dalam percakapan sehari-hari. Misalnya, apakah hari ini Anda berdoa dan membaca Alkitab?

Saya mempelajari bahwa, hal yang kurang diberikan penekanan nyaris muncul dalam perenungan kita, dan apa yang tidak muncul dalam perenungan dianggap kurang penting untuk segera dilakukan. 

Atau, dianggap biasa-biasa saja, jika tidak dilakukan.

Begitulah dengan relasi pribadi antara kita dan Tuhan. Saya membayangkan karena hal ini kurang diberikan penekanan atau perhatian sehingga hal ini seringkali diabaikan. 

Dianggap biasa-biasa saja, jika tidak dilakukan. Buktinya, banyak orang merasa "terganggu" ketika tidak menghadiri ibadah minggu pagi, namun merasa tidak terganggu ketika melewati jam doa harian.

Padahal, antara hubungan pribadi dan hubungan secara komunal kedua-duanya disentil Alkitab. 

Artinya, tidak boleh ada yang diabaikan. Dua-duanya sama penting. Di satu sisi Alkitab mengatakan, "jangan menjauhkan diri dari persekutuan ibadah (Ibrani 10:25)." 

Di sisi lain, Alkitab katakan, "ranting membutuhkan makanan dari pokok anggur terus menerus (Yohanes 15:4)." 

Bahkan, ranting tidak dapat berbuah jika tidak melekat pada pokok anggur. 

Maksudnya, pertumbuhan rohani kita menjadi kerdil atau bermasalah ketika relasi kita dengan Allah tidak dirawat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun