Mohon tunggu...
Haris nurul islam
Haris nurul islam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memadukan Adab dan Ilmu dalam Retorika Dakwah

26 Juni 2024   15:30 Diperbarui: 26 Juni 2024   15:30 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memadukan Adab dan Ilmu dalam Retorika Dakwah

Dakwah dan retorika sebagai ilmu harus dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan tanpa dipengaruhi oleh nilai-nilai luar, termasuk adab. Namun, dalam praktiknya, ilmu dakwah dan retorika tidak bisa sepenuhnya bebas nilai karena tetap harus mempertimbangkan kebenaran dan dampaknya, yang terikat oleh adab yang bersumber dari ajaran agama dan budaya.

Adab dan ilmu dalam retorika dakwah harus dipadukan karena ilmu tidak hanya untuk ilmu semata, tetapi untuk kebaikan dan kemudahan hidup manusia. Oleh karena itu, penting untuk mengintegrasikan adab dalam ilmu, sehingga retorika dakwah bukan hanya tentang metode yang efektif dan efisien, tetapi juga tentang kesopanan, keramahan, dan budi pekerti.

Retorika berkembang dari budaya dan seni bertutur menjadi pengetahuan yang diakui sebagai ilmu, dan pada titik tertinggi inilah retorika perlu diikat oleh adab. Demikian pula, dakwah yang berawal dari ajaran agama dan menjadi ilmu yang harus diiringi dengan adab, yang mencakup kesopanan, keramahan, dan budi pekerti seorang dai.

Memadukan adab dan ilmu dalam retorika dakwah menghindarkan komodifikasi dakwah, yang menjadikan dakwah sebagai barang dagangan. Dai yang berilmu dan beradab menolak komodifikasi dakwah, meskipun mereka boleh mendakwahkan bisnis seperti yang dilakukan Nabi dan para sahabat. Dai harus menghidupkan dakwah tanpa menggantungkan hidup dari dakwah.

Profesionalisme dalam dakwah bukanlah tentang ketenaran atau komersialisasi, tetapi tentang memiliki adab dan ilmu dalam berdakwah. Dai profesional adalah yang menghayati sepenuh hati apa yang dikatakannya dan mengamalkannya berdasarkan adab dan ilmu, tanpa harus tergantung pada dakwah sebagai satu-satunya mata pencaharian.

Oleh: Syamsul Yakin, Dosen Retorika Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun