Harfun demi harfun tersingkap indah berantai bunga dengan kalimah rahmah,
Menghampar sajadah rindu pada Kekasih yang tak kunjung temu,
Ku ukir perangai mu dibalik tulisanku wahai Yang mulia Agung,
Sedang ku dengar nada lembut dan lugu, namun ia kalah dibawah kakimu yang tangguh,
Kaki mu yang siap bermandikan darah dan keringat untuk kekasih-kekasih yang kau anggap,
Setiap petikan bunyi yang ku dengar, telingaku mengelak tuk akui,
Karena..
Ia telah memilihmu sebagai pendengarannya,
Ia telah memilihmu sebagai matanya,
Hatinya sebagai tahta untuk mu bertamu,
Wahai, insan yang mulia
Ku sampaikan tentang mereka
Pemuda, pemudi mu kini berjuang dengan keringat dan darah,
Mempertahankan tanah wasilah yang telah merekam jejak sejarahmu,
Aroma kehidupan mu dan kedukaan mu hingga Engkau di jemput kembali,
Sungguh aku salah satu dari sekian banyak si pengagum mu wahai yang mulia,
Kulihat sosok mujahid dengan balutan sorban dan bersenjatakan zikr dan cinta,
Seakan mengabadikan kembali sosok mu, bahkan lebih dari itu.
Ya Rasulullullah, Ya Habibi, Ya Syafi'i.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H