Mohon tunggu...
Muhammad Harir
Muhammad Harir Mohon Tunggu... -

Saya dulu udah pernah menjadi kompasianer sejak 2011, tapi kok pas mau login lupa paswordnya ya, tanpa pikir panjang saya memutuskan untuk buat akun lagi deh. \r\n\r\nHarirsilk hanyalah sebuah nama keren-kerenan (nama samaran) yang hanya saya pakai di dunia maya (internet), sedangkan nama asli yang sesuai dengan akta kelahiran saya itu bernama MOH HARIR, tetapi kebanyakan orang kalau menulis nama saya adalah MUHAMMAD HARIR dan biasa dipanggil HARIR.\r\n\r\nLahir di kampung daerah Pati, besar di Pati separunya lagi setelah lulus Aliyah (SMA) langsung merantau ke Semarang sambil menjalani Kuliah Gratisan (beasiswa orang kurang mampu), alhamdulillah setelah lulus kuliah gratisan bisa melanjutkan kuliah lagi S1 dan S2 dibeberapa Perguruan Tinggi Swasta terkemuka.\r\n\r\nSaat ini umur 25 tahun, pastinya asli jawa berkulit sawo matang dan gak jelek-jelek amat, anak orang kampung bapak lulusan SD emak Lulusan Aliyah (SMA), beda dengan Makde saya walaupun lulusan SD tapi anaknya bisa jadi menteri PDT (mas Marwan Jafar) pada kabinet kerja Jokwi.\r\n\r\nHobi apa aja bisa, tapi dalam hal kekhususan bisa buatin desain grafis, mainin raket (bulu tangkis), mainin vespa dan pernah juga mainin hati perempuan. Sebenarnya wisata kuliner juga menjadi hobi kalau pas disaat lagi punya uang banyak. Udah, Sementara itu aja sih ;)\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

KULOT

22 Maret 2015   19:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:17 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dari semua yang dianggap kulot

Pakaian orang kuno dalam menjalani kerja glepot (Kotor)

Model kombor supaya leluasa melangkah dan menjalani kerja abot (berat)

Kini di telah tua dan perot

Celana kebesaran jadi melorot

Ee, cucu perempuan datang mencomot

Dengan dalih modern, dia juga pingin bebas mencolot (meloncat)

“Ngapain jerit kartini segala, yang bikin keserimpet masuk got”

Wanita diibaratkan kodok dalam cerita anekdot

Apakah itu akan jadi kenyataan ? Bahwa sudah banyak wanita yang colat-colot (loncat-loncat)

Pengen gesit, beringas bagai robot, yang suka menyerobot

Apakah tak khawatir kalau otot pada mencotot (keluar)

Emansipasi boleh sepanjang nama-nama masih selalu disorot

Emansipasi yang lepas dan lupa jati diri akan membuat nilai merosot

Dalam kelembutan dan kegasruhan nilai kewanitaan tambah berbobot

Dengan demikian, bukan berarti yang berbobot adalah yang paling gembrot

Apalagi yang kenalpotnya nonstop selalu mak brot

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun