Mohon tunggu...
Hari Rachmat Wijaya
Hari Rachmat Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA

Saya seorang Guru IPA yang sangat tertarik pada literasi, astronomi, dan politik

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Refleksi Buku "Educated" Sebuah Memoar dari Tara Westover

9 Juni 2023   20:55 Diperbarui: 9 Juni 2023   21:03 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan nonformal (homeschooling)

Homeschooling atau sekolah di rumah bukanlah suatu hal yang baru, bahkan ini telah bersanding dengan arus utama pendidikan (red: pendidikan formal) sebagai salah satu alternatif pendidikan untuk anak-anak di jenjang usia dasar dan menengah. Ada banyak faktor yang menjadi alasan orang tua memilih homeschooling sebagai pendidikan anaknya. Entah itu, faktor internal orang tua seperti keyakinan dan pemahaman tentang pendidikan yang dianggap tepat maupun faktor eksternal seperti ketidakpercayaan terhadap penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah. Dalam buku educated, penulis mengalami pendidikan homeschooling karena orang tuanya tidak percaya terhadap pemerintah untuk segala aspek termasuk pendidikan. Sikap orang tuanya sangat kuat dalam menghindari segala hal yang berhubungan dengan pemerintah terutama ayahnya sebagai motor ketidakpercayaan tersebut. Kemandirian demikian gaungnya. Komitmen tersebut ternyata hanya berada dalam tataran konsepsi saja. Jangan bayangkan pendidikan yang terencana, teratur, apalagi terukur. Dalam pelaksanaannya orang tua cenderung acuh tak acuh dalam mendidik anak-anaknya di dalam rumah. Hanya ibunya yang pada tahun-tahun awal masa remaja penulis dengan segala keterbatasan, mengajar berhitung dan membaca untuk putra putrinya. Selebihnya penulis dan kakak-kakaknya hanya dilibatkan dalam kegiatan rutinitas orang tuanya seperti mencari besi di tempat rongsokan atau membuat ramuan herbal di dapur rumah. Dalam pendidikan secara luas, sejatinya mereka pun belajar dan sedang dididik di tempat-tempat tersebut secara kontekstual dan aplikatif. Namun pada titik tertentu mungkin ada kejenuhan yang dirasakan oleh anak-anaknya. Kondisi ini yang mungkin menjadi titik tolak penulis dan beberapa orang kakaknya untuk keluar dari rumah dan ingin mencoba menempuh pendidikan di sekolah formal.

  1. Pendidikan formal (school)

Ada kepongahan yang diumbar oleh ayah penulis karena sebagian anak-anaknya dapat diterima di universitas melalui tes tanpa pernah menyelesaikan pendidikan formal sebelumnya. Sungguh kepongahan yang tidak berdasar. Padahal tidak ada sedikitpun rencana yang disusun dari orangtuanya untuk bisa memasukkan anak-anaknya ke Universitas. Hanya berasal dari dalam diri anak-anak, motivasi terkuat untuk bisa menempuh pendidikan di universitas. Kondisi keluarga yang tidak kondusif yang menjadi latar belakang munculnya motivasi yang sangat kuat untuk keluar dari ‘rumah’. Dan itu berhasil. Penulis belajar secara otodidak untuk setiap materi yang diujikan dalam ujian masuk Universitas. Dan nyatanya, 16 tahun di rumah tanpa pendidikan formal, ia bisa diterima di Universitas yang penulis inginkan. Selebihnya adalah perjuangan penulis yang luar biasa dalam mengatasi ketertinggalan dalam cara belajar di dalam kelas maupun mengambil berbagai kesempatan dan menanggalkan berbagai kendala dalam rangka melanggengkan jalan pendidikan tinggi yang sedang ditempuh. Doktoral adalah capaian tertinggi yang penulis bubuhi. ia ‘menaklukkan’ program magister dan lalu doktoral universitas cambridge dengan berbekal pendidikan homeschool di periode pendidikan sebelumnya. Emas murni, begitu profesornya menyanjung penulis. layaknya emas ia akan tetap bersinar dimanapun berada. Sekalipun jika dengan pencahayaan yang minim, emas tetaplah emas tuturnya. 

Dalam euforia pencapain titel doktoral, penulis pada akhirnya tetap mencurahkan perhatian utamanya pada aspek keluarga. Dan buku memoar ini menjadi buktinya. Begitulah keluarga dengan sihirnya. Layaknya bepergian atau merantau, berawal dari rumah dan akan selalu kembali ke rumah. Keluarga dan pendidikan walaupun adalah tema yang berbeda, tapi sangat bisa disadari bahwa kedua hal tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. “Tidak terpisahkan”, ujar penulis dalam sebuah wawancara di media ternama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun