Mohon tunggu...
Hariqo Wibawa Satria
Hariqo Wibawa Satria Mohon Tunggu... profesional -

Alumnus Pascasarjana UPM Jurusan Diplomasi, Gontorian, Lecture, Andalan Nasional Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Bidang Kominfo, Sosial Media Untuk Diplomasi (SMUD), Pendiri KAPAS @ASEANcom2015, hub: rico_indonesia@yahoo.co.id / Sms: 082260606454

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Aksi Tanpa Diskusi Hanyalah Jalan Sehat

20 Mei 2015   01:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:48 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14320608871496829009

Semua orang sekarang bisa aksi menyampaikan pendapat lewat media sosial, lemahnya, pendapat yang disampaikan tidak lewat diskusi maraton, sehingga kurang dalam dan kolektif. Misal anak BEM bilang "makin banyak orang miskin", tapi "banyaknya berape juta?, kenaikan berapa persen, dia ga tahu. Dimanapun, hampir tiap isi diskusi mahasiswa, selalu sy tanyakan, kamu dari mana?, berapa orang miskin di kotamu?, apakah miskinnya karena malas atau dimiskinkan?.

Pertanyaan kedua pada gak tahu, apalagi yg ketiga, walau mereka di pucuk/staf ketua organisasi. Kayaknya sekarang kalo demo, yg penting siapa kordum dan korlapnya, sementara tim penyusun pernyataan sikap dikesampingkan, atau dipercayakan pada satu orang aja. Padahal tukang ngetik pernyataan sikap ga kalah penting dari yg pegang megaphone.

Mahasiswa/pemuda yg ikut organisasi cenderung lebih suka debat berjam2 soal tata tertib pemilihan Ketua Umum, ketimbang apa dasar pikir dan pernyataan sikap kita soal bangsa ini. Mungkin ini sebab ketika mahasiswa diundang ke ruang kekuasaan dan "diajak" debat oleh tim pemikir penguasa selalu kalah, akhirnya batalkan aksi, sambil gumam di hati “iya juga ya”.

Untuk aksi yg matang (luar, dalam), rasanya grup BBM, WA, telpon2an, apalagi sms-an, dll tak bisa terlalu diandalkan, harus ketemulah bagaimanapun caranya. Istilah orang kampung sy “baiyo mangko bakato, batolan mangko bajalan” agak sulit memang dicapai tanpa pertemuan fisik, kalau dipaksakan jadinya malah “matang di lua, matah di dalam”.

Di Grup2 online itu kadang kita juga ga setara, tak jarang ada yg merasa paling aktivis, akhirnya yg lain malas komen. he2:-)), padahal Tan Malaka aja ga gitu, Tan Malaka disegani rekannya karena tak pernah merasa dirinya paling aktivis. Trus, tujuan aksi juga harus LURUS, jgn dikit2 jatuhkan, kecuali data dan kerusakannya super valid. Akhirnya aksi tanpa diskusi yang serius mendalam hanyalah jalan sehat saja. Selamat Hari Kebangkitan Diskusi, 20 Mei 2015, maaf sebelumnya, salam (@hariqo, Depok, 20 Mei 2015, 01.37 WIB)

sumber foto: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Serious_Discussion.jpg


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun