Pasca penentuan nomor urut Capres-Cawapres yang dilaksanakan pada hari jum'at, 21 September 2018 di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat, beragam kalimat, gambar, video dan aksi grafis bertebaran dalam dunia media sosial.Â
Dari hormat Jokowi saat menyanyikan lagu Indonesia Raya sampai KH Ma'ruf Amin yang ikut bergoyang saat nyanyian lagu "Goyang 2 Jari" diganti liriknya "Ayo Pilih Jokowi" dikomentari berlebihan agar dapat poin plus dari junjungan Capres-Cawapresnya.Â
Akal dan rasionalitas untuk mengkritik secara sehat sudah tidak bisa dilakukan karena keterbatasan ilmu untuk mengkritik hasil kerja dari pemerintahan saat ini.
Masa kampanye yang akan dimulai dari 23 September 2018 sampai 13 April 2019, tentunya akan diwarnai silang pendapat sampai kalimat nyinyir politik yang berlebihan di mana pun baik media elektonik, online maupun medsos.Â
Fenomena nyinyir (sindiran) janganlah terlalu berlebihan tapi kritik selama berbasis data dan fakta menjadi hal yang biasa, tentunya tujuan untuk perbaikan. Namun nyinyir (sindiran) dimulai atas dasar ketidaksukaan maka negatif yang hasilnya dan tidak bisa berdialog.
Seluruh masyarakat Indonesia lebih dewasa berpolitik dan menganggap pesta demokrasi ini adalah pesta biasa, wahana untuk memilih pemimpin di negara ini.
Jika memang menyukai kepemimpinannya, sebaiknya dicoblos saat pemilu nanti, jika tidak suka sebaiknya tidak usah menjelek-jelekkan pasangan calon tersebut.Â
Selama ini bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang dikenal budi pekerti dan sopan santun, hal inilah yang harus dikedepankan dalam berkehidupan bernegara dan berbangsa. Kita harus membangun semangat nasionalisme dan membangun rasa nasionalisme, mari semua pihak menahan diri untuk tidak melakukan kampanye negatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H