Mohon tunggu...
Hari Priyadi
Hari Priyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti lingkungan dan sumberdaya alam. Sekarang tengah menyelesaikan program doktoral di Swedia dan Denmark. Pernah menjadi Ketua Pusat PPI Swedia tahun 2013-2014.

Peneliti lingkungan dan sumberdaya alam. Sekarang tengah menyelesaikan program doktoral di Swedia dan Denmark. Pernah menjadi Ketua Pusat PPI Swedia tahun 2013-2014.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Pak Tua dari Latvia

13 Agustus 2012   04:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:52 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu aku tengah menikmati sebuah taman di tengah kota Riga di Latvia. Sambil asyik duduk di bangku kayu yang berjajar dikelilingi barisan pohon oak dan larix yang hijau di musim panas, aku mengamati anak-anak berlarian sambil bermain lepas  diawasi para ibunya. Tiba-tiba mataku tertuju pada seorang laki-laki tua yang tengah sibuk memberi makan burung-burung. Ia memberi makan dengan roti yang diremas menjadi remah-remah. Burung-burung taman semakin banyak menhampiri. Ada burung gereja, merpati, gagak dan camar laut. Semuanya berebut menunggu belas kasih Pak Tua.

Setelah lama mengamati, aku menghampiri pak tua tersebut dan aku sapa dengan bahasa Inggeris.

“Selamat sore, Pak”. Sapaku membuka percakapan.

“Selamat sore”. Balasnya singkat sambil terus asyik memberi makan burung-burung.

“Senang sekali ya Pak dikelilingi burung-burung yang jinak”. Aku coba memancing percakapan yang lebih lama.

“Sangat senang. Saya melakukan ini sudah lebih dari 20 tahun.” Balas Pak Tua. Apa? 20 tahun? Wah..itu waktu yang sangat lama. Kalau dari penampilan fisiknya, pak tua ini seperti baru umur 60 an.

“Usia saya sekarang 85 tahun. Saya tinggal sendiri di rumah. Istri saya sudah lama meninggal. Anak-anak saya sudah berpencar jauh. Cucu saya ada 7 orang. Mereka datang berkumpul di tempat saya hanya sekali setahun”. Pak Tua sudah mulai cerita agak panjang.

Pakaian yang dikenakan sederhana agak kusam dan kusut. Jalannya masih berdiri tegak namun pelan.

“Sejak ditinggal oleh istri saya, dan anak-anak yang mulai mandiri, saya kesepian di rumah. Untuk mengisi kegiatan, setiap hari saya pergi ke taman”, lanjut Pak Tua mengingat kembali masa lalunya.

“Saya lihat burung-burung di taman. Mahluk Tuhan itu menikmati bekal makan siang yang saya bawa. Rasanya saya senang bisa berbagi dengan mereka. Seperti halnya manusia, mereka pun perlu kita bagi”. Katanya sambil terus menatap burung-burung tersebut dengan tersenyum tulus.

“Sejak saat itulah, saya setiap hari datang ke taman ini dengan membawa bekal makan untuk dimakan bersama”. Imbuhnya dengan raut muka senang tanpa bisa menyembunyikan kerutan wajah dimana-mana.

“Burung-burung itu sudah menjadi keluarga saya”. Ujar Pak Tua, sambil terus asyik memberi makan burung gagak yang baru bergabung.

Sore itu menjadi pelajaran berharga buatku akan indahnya berbagi dengan sesama mahluk Tuhan.

Riga, 13 Agustus 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun