Mohon tunggu...
Hari Prasetya
Hari Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Knowledge Seeker

Mengais ilmu dan berbagi perenungan seputar perbankan, keuangan, dan kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wak Kaji Nunut dan Ongkos Naik Haji

5 September 2021   06:06 Diperbarui: 5 September 2021   06:34 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.bukalapak.com dan www.goldprice.org

Choirun Nasichin, seorang pemuda dari Sumobito - Jombang rajin belajar agama dan memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menunaikan ibadah haji. Keinginan tersebut harus dipendamnya dalam-dalam karena tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar ongkos naik haji yang pada tahun 90-an sekitar Rp6 juta. 

Didorong oleh keinginan berhaji yang kuat tersebut, Choirun selalu memakai kupluk putih yang lazim dipakai orang sepulang berhaji, hingga para tetangga pun memanggilnya “wak kaji” meskipun dia belum pernah pergi haji.

Sadar dengan upaya normal tidak akan dapat segera mencapai keinginannya, Choirun rajin mengikuti undian berhadiah dari berbagai produk yang dibelinya, seperti sabun cuci, kopi, shampo, atau mie instan, berharap mendapatkan rezeki nomplok yang dapat digunakan untuk bekal berhaji. 

Dari salah satu undian yang diikutinya, Choirun mendapat hadiah 5 gram emas yang kemudian dibawa ke toko emas dan laku terjual seharga Rp75 ribu. Dengan membawa perlengkapan haji yang dibeli dari uang hadiah tersebut dan bekal uang seadanya, Choirun berangkat menuju Bandara Juanda Surabaya pada periode pemberangkatan haji tahun 1992.

Setelah sekian lama menunggu di sekitar lobi bandara, menjelang malam datanglah rombongan haji Kelompok Terbang IX Embarkasi Surabaya memenuhi pelataran bandara. 

Dengan niat berhaji yang bergelora, Choirun tanpa ragu bergabung dengan mereka bahkan sempat berfoto-foto dengan rombongan tamu Allah tersebut. Lantas ketika rombongan tersebut mulai berangsur menaiki pesawat, Choirun tertinggal di luar. Tanpa memegang selembar pun dokumen perjalanan, sambil membaca doa-doa dan wirid, Choirun melewati pagar dan menyelinap masuk pesawat. Anehnya, tidak ada satu pun jamaah maupun kru pesawat yang mencurigai dan memergokinya.

Sadar diri tengah nunut alias nebeng di pesawat tersebut, Choirun duduk di kursi penumpang bagian belakang yang kebetulan ada yang kosong. Sepanjang perjalanan, Choirun memperoleh layanan makan dan minum layaknya jamaah haji lainnya. Pramugari pun menyapa dan tidak menaruh curiga karena sudah sering menemui jemaah yang berperilaku aneh karena baru pertama kali naik pesawat. 

Menjelang pendaratan, pramugari melakukan pemeriksaan untuk memastikan dokumen jemaah lengkap dan tidak ketlingsut sebagai persiapan proses imigrasi di Arab Saudi. Pada gilirannya, Choirun tidak dapat menunjukkan dokumen perjalanan apapun dan terbongkarlah aksi penyusupan tersebut.

Seisi pesawat menjadi geger dengan adanya penumpang gelap. Awalnya Choirun dianggap orang gila, beruntung dalam pesawat ada tetangga satu kampung yang mengenalinya dan meyakinkan seisi pesawat bahwa Choirun tidak gila, melainkan orang yang berniat besar berhaji dan sudah lama dipanggil wak kaji. Dengan penjelasan tersebut, Choirun mendapat simpati, bahkan jamaah kloter tersebut bersedia urunan membiayai pembuatan paspor dan menangung biaya hajinya.

Namun sayang, upaya tersebut tidak berhasil dan Choirun harus dipulangkan. Di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, Choirun disembuyikan oleh pramugari di toilet pesawat yang diberi tulisan "rusak" agar tidak diketahui otoritas Arab Saudi. 

Dalam perjalanan pulang, Choirun bak seorang raja karena menjadi satu-satunya penumpang dalam pesawat tersebut selain kru, dan mendapat pelayanan gratis. 

Pesawat pengangkut jemaah haji merupakan pesawat charter sehingga pada masa pemberangkatan, pesawat berangkat terisi pulangnya kosong, sebaliknya pada masa penjemputan, berangkatnya kosong dan pulangnya terisi. Makanya dalam perhitungan biaya haji, setiap jemaah dihitung 2 x pulang pergi.

Sesampai di tanah air, pemberitaan mengenai adanya penyusup dalam penerbangan haji tersebut coba ditutup-tutupi oleh aparat dan otoritas terkait, namun akhirnya tercium wartawan dan tersiar luas. 

Pada akhirnya, banyak yang bersimpati kepada Choirun dan seorang donatur membiayainya berhaji beneran pada tahun 1994. Choirun kembali berhaji pada tahun 2005, lagi-lagi gratis karena dibiayai seorang pengusaha. Meski sudah berhaji beneran sebanyak 2 kali, julukan sebagai kaji nunut tetap melekat padanya.

Terlepas dari “kesuksesan” Choirun nunut di pesawat yang sedang memberangkatkan jemaah haji pada tahun 1992 tersebut, ada fakta yang mungkin dapat kita jadikan pelajaran terkait Ongkos Naik Haji (ONH), yang saat ini istilah resminya menjadi Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih). 

Pada saat Choirun nunut tersebut, ONH/Bipih sekitar Rp6 Juta sedangkan harga emas berkisar Rp15 ribu per gram, sehingga perkiraan biaya haji untuk setiap jemaah pada waktu itu setara dengan 400 gram emas.

Pada saat ini, setoran awal haji sebesar Rp25 Juta dan rata-rata setoran lunas sebesar Rp10,2 Juta atau rata-rata total ONH/Bipih yang dibayar jemaah berkisar Rp35,2 Juta. Sedangkan biaya riil haji per jemaah pada tahun 2019 berkisar Rp70 Juta, yang selisih kurangnya sekitar Rp34,8 Juta per jemaah ditutup dari nilai manfaat atau hasil pengembangan akumulasi dana setoran awal yang dikelola oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). 

Dengan harga emas saat ini sekitar Rp800 ribu per gram, maka rata-rata total setoran ONH/Bipih yang dibayar jemaah setara dengan 44 gram emas. Sedangkan jika merujuk pada jumlah biaya riil haji per jemaah, maka akan setara dengan 87,5 gram emas.

Berdasarkan ilustrasi tersebut, kita dapat pahami bahwa pergerakan harga emas naik lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan ongkos naik haji. Oleh karenanya, emas dapat menjadi pilihan utama untuk menjadi sarana penyimpanan harta, perlindungan nilai, serta antisipasi kenaikan kebutuhan dalam jangka panjang. Wallahu A'lam Bish Shawab. *****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun