Ada pertarungan yang tidak akan berakhir sejak manusia memiliki kesadaran akan kehidupan hingga manusia menemui ajalnya.
Pertarungan yang akan menghabiskan seluruh energi hidup manusia itu sendiri.
Lawannya siapa dan untuk apa pertarungan itu harus dilakukan?
Lawan yang nyata ada dan selalu menjadi musuh abadi manusia tidak lain adalah nafsunya sendiri.
Nafsu yang mengendap di dalam diri makhluk yang bernama manusia.
Nafsu yang digadang-gadang sebagai penyempurna hidup manusia dari mahkluk Tuhan yang lainnya.
Namun justru nafsulah yang menjadi musuh abadi manusia yang wajibnya dilawan bukannya yang lain.
Dan petarungan itu tidak bisa dihentikan barang sedetik pun kecuali kematian yang menghentikannya.
Lantas untuk apa nafsu dilawan mati-matian bahkan pertarungannya tidak bisa dihentikan hanya untuk istirahat atau bersantai sejenak.
Tetantunya tidak bisak nafsu yang mengendap di dalam diri manusia selalu mengajak manusia untuk bergerak, berjalan dan melakukan hal-hal yang tidak baik tentunya.
Pastinya hal yang tidak baik itu justru akan menjadikan hidup manusia menuju kegelapan.
Kegelapan berupa kecemasan, penyesalan, keputusasaan dan yang terburuk menjadikan manusia hidup dalam kehampaan tanpa tujuan.
Begitu beratnya pertarungan abadi tersebut sehingga dalam perjalanan hidupnya manusia tidak bisa lengah sedikit pun.
Lantas definisi dari musuh abadi manusia itu apa sesederhana jika diungkapkan dengan satu istilah yang bernama NAFSU, tentunya tidak.
Berbagai kitab dalam berbagai agama mendefinisikan nafsu memiliki berbagai jenis antara lain: nafsu makan atau keserakahan, nafsu bercinta, nafsu amarah dan nafsu ingin dipandang baik oleh orang lain.
Beberapa tokoh besar mendefinisikan sebab utama perang besar di dunia juga dari sesuatu yang ada di dalam diri manusia.
Yaitu perut dan sejengkal di bawah perut, yang memiliki arti perut merupakan nafsu kepemilikan, keserakahan, kerakusan sedangkan sejengkal dibawah perut artinya nafsu sex.
Begitu beratnya pertarungan antara diri sendiri yang tidak akan pernah berakhir tersebut, tetapi setiap manusia memenangkan pertarungan tersebut manusia akan menjadi raja.
Raja untuk tubuhnya sendiri, atas nafsunya sendiri yang bagi sebagian orang disebut sebagai Insan Kamil(manusia seutuhnya).***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H