Apa itu DBD (Demam Berdarah Dengue)?
Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah untuk kebanyakan masyarakat Indonesia. Kekhawatiran akan terjangkitnya penyakit yang berasal dari gigitan nyamuk ini semakin bertambah saat musim penghujan tiba. Deteksi dini dan penanganan yang terlambat mengakibatkan meningkatnya kasus yang berakhir dengan kematian. Di Indonesia, menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2023, terdapat sekitar 114.720 kasus DBD dengan 894 kematian.
DBD adalah penyakit yang disebabkan virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penderita demam berdarah dengue biasanya akan mengalami gejala berupa nyeri hebat, terutama pada tulang dan persendian yang terasa seolah-olah patah.
Demam berdarah dengue bisa menjangkiti seseorang yang telah mendapat gigitan dari nyamuk betina Aedes aegypti. Nyamuk tersebut membawa virus pemicu yang berasal dari keluarga Flaviviridae, dengan empat jenis virus yang dikenal dengan serotipe (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4).
Penyebab DBDÂ
Virus dengue penyebab DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ketika nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah korbannya. Jenis nyamuk ini biasanya menyerang di pagi dan sore hari. Nyamuk Aedes aegypti cukup mudah dikenali dari warnanya yang belang hitam-putih dan memiliki ciri fisik kecil. Nyamuk ini tidak suka mendiami tempat yang kotor, melainkan menyasar tempat-tempat bersih, seperti bak mandi.
Ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih rentan terkena penyakit demam berdarah, antara lain:
  1. Tinggal atau sedang bepergian ke daerah tropis.
  2.  Memiliki riwayat infeksi virus dengue.
  3. Anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah.
Maka dari itu, sebagai upaya pencegahan DBD, setiap orang disarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan, menimbun barang bekas yang tidak terpakai, menghilangkan genangan air, dan menaburkan bubuk abate. Selain itu, disarankan juga untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan mengonsumsi makanan sehat, istirahat yang cukup, mengelola stres, olahraga secara teratur, dan memasang obat nyamuk di ruangan yang terindikasi tempat persembunyian nyamuk.
Gejala DBD
Gejala DBD umumnya ditandai dengan demam tinggi hingga 39 derajat Celsius. Kondisi ini akan bertahan selama 2–7 hari, setelah itu penderita akan mengalami penurunan suhu drastis. Selain demam tinggi, berikut beberapa tanda dan gejala DBD lainnya:
  1. Sakit kepala.
  2.  Mual hingga muntah.
  3.  Nyeri di belakang mata, tulang, dan otot.
  4.  Muncul ruam kulit atau bercak kemerahan di kulit.
 5.  Radang tenggorokan yang diiringi dengan sulit menelan dan minum.
Gejala awal demam berdarah dengue biasanya diikuti dengan gejala tambahan yang menandakan virus sudah mulai menjalar ke seluruh tubuh dan menyebabkan peradangan, seperti:
 1.  Mimisan
2. Gusi berdarah
3. BAB berwarna hitam atau gelap
 4. Muntah darah
Setelah muncul gejala tersebut, penderita akan memasuki fase kritis selama 2–3 hari. Di fase ini, banyak orang yang menyangka sudah sembuh karena demam tinggi sudah menurun, rasa sakit di tubuh mulai berkurang, dan menghilangnya beberapa gejala tambahan. Padahal, fase ini harus diwaspadai karena bisa menyebabkan Dengue Shock Syndrome (DSS) yang bisa sangat berbahaya bahkan berpotensi menyebabkan kematian.
Komplikasi DBD
Penanganan cepat dan tepat merupakan kunci dari penanganan demam berdarah. Pasalnya, komplikasi demam berdarah dengue sangat berbahaya bahkan bisa berujung kepada kematian. Berikut yang wajib diwaspadai dari komplikasi demam berdarah dengue:
 1.  Perdarahan: Ditandai dengan gusi berdarah, mimisan, muntah hitam, perdarahan di bawah kulit, batuk darah, dan feses berwarna     hitam atau merah pekat.
 2.  Dengue Shock Syndrome (DSS): Ditandai dengan gejala berupa dehidrasi, bradikardia, hipotensi, pupil mata melebar, napas tidak      teratur, kulit pucat, dan keringat dingin.
 3.  Gagal Ginjal Akut: Umumnya terjadi pada fase terminal sebagai akibat dari syok yang tidak tertangani dengan baik. Diuresis       merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1    ml/Kg BB per jam.
 4. Ensefalopati Dengue: Dapat terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi     pada demam berdarah dengue yang tidak disertai syok. Pada ensefalopati dengue, kesadaran pasien menurun menjadi apatis atau    somnolen.
 5.  Edema Paru: Komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari pemberian cairan yang berlebihan. Jika tidak segera ditangani, penderita berisiko mengalami gangguan fungsi organ tubuh bahkan bisa menyebabkan kematian.
Â
Pengobatan DBD
Belum ada pengobatan khusus yang bisa dilakukan untuk mengatasi demam berdarah, pengobatan biasanya bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dengan meredakan gejala yang muncul sekaligus melakukan upaya pencegahan infeksi virus yang lebih parah.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menangani demam berdarah dengue adalah:
 1.  Konsumsi obat penurun demam.
 2.  Konsumsi air putih dalam jumlah cukup untuk mencegah dehidrasi.
 3. Pantau frekuensi buang air kecil dan jumlah urine yang keluar.
Bagi penderita DBD yang sudah cukup parah hingga tidak mampu mengonsumsi air putih dalam jumlah banyak, biasanya dokter akan memberikan cairan tambahan lewat metode infus. Selain itu, tidak disarankan mengonsumsi obat pereda nyeri karena bisa meningkatkan risiko perdarahan.
Daftar Pustaka
Cogan JE, WHO. Dengue and Severe Dengue. World Health Organisation. 2020.
Dinkes@bulelengkab.go.id
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/demam-berdarah-dbd
Yohan B. Demam Berdarah Dengue: Problematika Interasi Virus,Pejamu, Vektor. Ejikman Institute for molecular biology. 2018.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H