Ketika dua raga mencinta terbatas temu sebab terhalang ruang dan waktu
Dua hati yang mencinta saling merindu dalam ragu
Bertanya dalam hati akankah kepercayaan akan ini akan terbalas suka cita
Ataukah kepercayaan ini justru awal dari nestapa
Yang akan terkenang selamanya dalam hati dan jiwa
Tidakkah kau tahu dalam diriku berlaku mencinta sebagaimana anak manusia biasa
Cinta seorang anak manusia yang hadirannya tulus
Disambut dengan kelapangan dan tangan terbuka
Kehidupan serasa bak panggung opera sandiwara
Dimana sang pencinta ini mengharapkan hadirnya sang belahan jiwa selalu disisinya
Sebagaimana semua umat manusia bertemu dan bertegur sapa
Bersenda gurau dalam suka cita bersama
Ketika jarak membuatku lebih memilih mencintaimu dalam diam
Padahal cinta ini kini sudah begitu menggelora
Bagaikan bara api dalam tungku yang hitam melegam
Cinta mengajarkanku sakit
Cinta mengajarkanku sabar
Cinta mengajarkan hatiku agar lapang
Cinta mengajarkanku menghembuskan napas dalam yakin dan ragu
Yakin dan ragu yang silih berganti saling berputar membayangi pikiran dan hati
Doa dan desiran angin menjadi saksi akan semua kekosongan dalam hati
Menunggumu akan pertemuan kita yang diridu dalam tepatnya ruang dan waktu
Tapi selalu kuyakinkan diri dalam doa pada Tuhanku
Engkaulah sang rindu yang patut ditunggu
Kesepian saat ini menjadi teman bercandaku
Dikala rinduku sudah terpatri kuat dalam hati
Takdir yang selalu didoakan dalam senyap di malam yang temaram
Usaha yang selalu diperjuangkan penuh pengorbanan dan keberanian
Tentang rasa cinta yang tak tersampaikan
Tentang rindu yang sangat takut akan memudar
Tentang ragu yang terus menerus berpendar
Tapi kekuatan cinta ini selalu kujadikan pondasi dalam keyakinan
Bahwa takdir ini tidak akan lama lagi akan terwujudkan
Ketika nanti tidak ada lagi rindu yang disembunyikan
Ketika nanti tidak ada lagi rasa yang harus tertahan
Ketika nanti tidak ada lagi temu yang terhalang
Ketika nanti tidak ada lagi sakit yang dirasakan dari kejauhan
Ketika nanti tidak ada lagi rasa bingung tidak menentuÂ
Ketika nanti kulihat senyummu, ketika nanti kulihat cerah matamu
Ketika nanti ku bisa berdiri tegak tepat didepanmu
Mengatakan dengan lantang disaat itu
"Duhai bagian jiwa ragaku yang telah lama hilang kini berhadapan bertemu"
Bersyukurku untuk semua perjuangan untuk kita bisa bertemu di titik temu
Berlelah dalam penantian temu oleh ruang, jarak dan waktu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H