Mohon tunggu...
Hariman A. Pattianakotta
Hariman A. Pattianakotta Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Penyuka musik

Bekerja sebagai Pendeta dan pengajar di UK. Maranatha

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tegakkan Hukum dan Perkuat Hidup Orang Sudara

28 Januari 2022   11:15 Diperbarui: 28 Januari 2022   11:18 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Penyerangan sekelompok besar orang yang berasal dari Ori-Pelau terhadap negeri Kariuw bukan spontanitas biasa. Jika dilihat dari video yang beredar, penyerangan tersebut patut diduga kuat sebagai penyerangan terencana.

Kelompok penyerang bergerak taktis dengan simbol-simbol tertentu. Mereka membakar rumah-rumah penduduk. Malah penyerang menggunakan senjata api untuk memberondong penduduk negeri Kariuw.

Penyerangan terhadap Kariuw bukan konflik agama. Namun, penyerangan ini jelas menodai ikatan hidup orang sudara yang sudah dan sedang diperjuangkan terus di Maluku, tanah damai.

Satu hal yang disesalkan dalam penyerangan ini adalah "lumpuhnya" tindakan antisipasi kepolisian dan intelegen. Karena itu, kelompok perusuh ini bisa dengan leluasa membakar dan merusak bangunan hidup orang sudara di Kariuw, pulau Haruku.

Tindakan penanganan pun begitu lambat. Sebagian besar rumah penduduk sudah ludes dilahap api, barulah pasukan "polisi India" dihadirkan.

Karena itu, Kapolsek, Kapolres, Kapolda, bahkan Pangdam Pattimura di Maluku patut dipertanyakan kinerjanya. Apakah mereka tidak mampu mendeteksi gerakan di balik penyerangan ini?

Penyerangan ini dipicu oleh sengketa batas tanah. Sengketa ini jelas masalah pribadi. Namun, aneh bin ajaib, sekompok besar perusuh ini lalu bergerak menyerang dan membakar rumah-rumah penduduk desa Kariuw. Adalah tugas polisi untuk membongkar dan menyampaikan kepada publik aktor intelektual di balik penyerangan yang sangat memalukan dan memilukan hati kami sebagai orang Maluku.

Kapolsek, Kapolres, dan Kapolda Maluku harus bertanggungjawab dan polisi mesti membawa aktor dan pelaku penyerangan yang tidak manusiawi ini ke meja hijau. Secara adat orang Maluku, khususnya basudara Ori-Pelau dan Kariuw, punya cara penyelesaian. Kita mendorong dan mendukung itu. Namun, aktor intelektual dan perusuh yang melakukan penyerangan terencana harus ditindak secara hukum.

Berbagai motif di balik penyerangan harus diungkap; kebenaran dan hukum harus dinyatakan, agar politisasi semacam ini tidak berulang, dan tatanan hidup orang basudara bisa kokoh berdiri di atas kasih, kejujuran, kebenaran, dan keadilan.

Mengantisipasi Penyerangan Kariuw sebagai Pola

Patut diantisipasi penyerangan terhadap Kariuw ini dijadikan pola baru oleh kelompok-kelompok politik tertentu untuk menciptakan ketidakstabilan dan konflik kekerasan guna meraup keuntungan politik maupun ekonomi.

Di Maluku, potensi masalah atau sengketa batas tanah ada di berbagai tempat. Di bukanya kabupaten baru, telah menaikkan harga ekonomis tanah. Politisasi negeri adat vs dusun dan desa, serta ketidakjelasan sikap pemerintah daerah dalam menetapkan kembali negeri-negeri adat seperti di Seram Bagian Barat, menimbulkan kerawanan tersendiri.

Ditambah dengan isu politik 2024 di mana para politisi biasanya tak segan memakai politik identitas untuk meraih kursi kekuasaan, maka kepolisian, TNI bersama pemerintah daerah sudah harus bertindak antisipatif, serta tegas menindak para provokator yang menggiring opini di media sosial untuk membenturkan masyarakat.

Perkuat Ikatan Hidup Orang Sudara

Sementara itu, kita sebagai masyarakat pun harus terus memperkuat ikatan hidup orang saudara. Berbagai pranata adat yang ada harus kita pakai untuk itu.

Kita harus selalu ingat bahwa kita menjadi orang Maluku terlebih dahulu barulah kita menjadi Islam atau Kristen. Kita adalah saudara, barulah kita memaknai jaket politik kepartaian kita. Persaudaraan kita itu tidak bisa ditukar dengan apapun, termasuk oleh agama dan kekuasaan. Apalagi dikorbankan untuk sebuah hasrat politik picik! Tidak!

Masyarakat kita harus cerdas. Politik adu domba hanya mengalirkan air mata sengsara kita semua. Jangan biarkan elit-elit tertentu menari dan bersenang-senang di atas penderitaan kita.

Politik adu domba tidak pernah menyelesaikan masalah, malah membesarkan dan menimbulkan masalah baru. Kita mesti mengedepankan politik baku sayang. Potong di kuku rasa di daging tidak boleh menjadi slogan. Ale rasa, beta rasa harus kita manifestasikan melampaui sekat-sekat politik agama, politik dusun vs negeri adat, orang dagang vs orang asli, dan sekat politik biner lainnya. Pertentangan itu hanya akan menghasilkan benturan yang melukai dan mencederai.

Mari kita cerdas bersikap sesuai kearifan kita sebagai orang Maluku!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun