Dengan daya lentur itu, niscaya kita pun akan bisa berinovasi. Apalagi, situasi yang kita hadapi saat ini adalah situasi abnormal, tidak biasa. Kondisi ini memaksa kita untuk berimprovisasi dan mengarrangement ulang lagu kita.Â
Yang penting kita tahu bersama lagu apa yang hendak kita iringi dan nyanyikan. Kita tahu tujuan dan target yang hendak dicapai. Kita memang harus merespons cepat kondisi dan berani berimajinasi serta mengembangkan pendekatan dan kreasi-kreasi baru dalam situasi abnormal, agar kita bisa up-normal. Kita dapat melenting dengan daya lentur dan inovasi untuk mengatasi krisis di masa pandemi.
Selain itu, diperlukan juga kesehatian memadukan setiap nada. Setiap orang dengan potensi yang berbeda-beda harus bersatu, bersinergi, bekerja-sama dan sama-sama bekerja menurut irama. Setiap kita tidak boleh berjalan sendiri-sendiri.
Walaupun secara personal kita memiliki kecerdasan, kekayaan, dan kemampuan yang luar biasa besar. Jika berjalan sendiri, kita tidak lebih dari barang pajangan yang tidak berfaedah. Kekuatan personal kita harus berpadu dengan kekuatan yang lain secara kolektif, sehingga dalam spirit kolektif- kolegial kita bisa beradaptasi dengan lentur, mencapai target, bahkan melenting dan bertransformasi menjadi pribadi dan komunitas yang signifikan dan relevan dalam beragam situasi.
Mari kita belajar dari filosofi bambu. Belajar melentur dan melenting bersama dalam irama.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI