"The power of mama-mama." Kalau mama-mama sudah turun tangan dan berkolaborasi, maka perubahan besar akan terjadi.
Keyakinan tersebut terbukti di masa pandemi. Ketika banyak orang kehilangan pekerjaan dan pendapatan, mama-mama malah menemukan mainan yang mampu mendapatkan income.
Mama-mama yang saya maksudkan di sini adalah mama-mama yang tergabung dalam  gerakan Oikonomics Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Gerakan Oikonomics PGI adalah sebuah gerakan kolaborasi pembangunan ekonomi warga yang berbasis pada komunitas atau persekutuan.  Gerakan ini menjadi bagian dan cara perwujudan oikomene in action, atau oikumene dalam aksi.Â
Sama seperti mama-mama lainnya, mulanya mereka juga merasa jenuh tinggal di rumah saja. Nonton drakor alias drama Korea lama-lama membosankan. Apalagi, kebutuhan dasar seperti biaya anak sekolah dan biaya pulsa mengalami peningkatan. "Pusing pala berbi".
Dari pada jenuh, habiskan waktu untuk sesuatu yang tidak produktif seperti nonton drakor, atau hanya bersungut-sungut karena biaya hidup yang meningkat di masa pandemi, lebih baik memulai usaha, sekalipun terbilang kecil.Â
Melakukan Bisnis On Line
Ada mama yang mulai membuat dan menjual kue dan makanan siap santap. Ada yang menawarkan hasil kebun/ladang seperti beras. Ada yang menjual produk olahan rempah-rempah dalam bentuk minyak. Macam-macam produk didagangkan.
Mulai dengan menawarkan kepada teman, warga satu lingkungan, sahabat satu jemaat dan persekutuan, lalu kian meluas kepada warga sejagat medsos. Iseng-iseng membunuh kejenuhan di masa pandemi ternyata menjanjikan. Semakin ditekuni, semakin banyak pendapatan yang dihasilkan.
Handphone yang tadinya dipakai hanya untuk update status FB, foto selfie, dan komentari status orang, lalu menjadi modal usaha yang penting. Dunia digital dirambah dan dimanfaatkan untuk urusan bisnis. Nama kerennya bisnis online.Â
Tak perlu modal besar untuk membeli tempat usaha. Tak harus pergi ke pasar untuk berjualan. Semua bisa berlangsung dari rumah sendiri. Sambil rebahan mama-mama bisa menawarkan barang dagangan. Calon pembeli pun tak terbatas.Â
Asal mau berusaha. Bagi mereka yang mengetuk, pintu akan dibukakan. Sedikit demi sedikit tambahan penghasilan pun diraih. Yang tadinya stres dan jenuh, kini senyuman merekah. Bahagia bisa memenuhi kebutuhan keluarga.
Berkolaborasi di Oikonomics
Namanya mama-mama, mudah untuk berkomunikasi. Tak canggung mereka berbagi cerita dan harapan. Apalagi bila bertemu dengan sosok yang punya visi. Bak gayung bersambut, visi dan aksi menyatu di Oikonomics PGI.
Dengan visi pemberdayaan ekonomi warga gereja, mama-mama ini berkolaborasi dengan pelayan dan pimpinan gereja yang ada PGI.Â
Spirit ekonomi yang mereka kembangkan di sini bukan sekadar untuk mengejar laba. Lebih dari aktivitas berdagang biasa, Oikonomics memiliki spirit berbagi.Â
Spirit berbagi tidak pernah membuat rugi. Justru berbagi adalah jalan untuk saling memperkuat. Semakin banyak orang berdaya, maka kehidupan bersama akan semakin baik.Â
Dalam kehidupan sosial masyarakat, spirit Oikonomics bisa disejajarkan dengan spirit ekonomi kerakyatan. Di mulai dari bawah, dari masyarakat, dari mama-mama. Bila mama-mama berdaya, keluarga berdaya, masyarakat sejahtera.Â
Karena itu, mama-mama ini saling memberikan pelatihan dan penguatan. Mereka sama-sama belajar membuat toko online. Belajar foto produk. Mereka berjejaring.
Kini mereka sudah terkoneksi dalam satu platform digital yang menghubungkan mama-mama dari berbagai daerah  di Indonesia. Bapa-bapa pun sudah banyak yang ikut terlibat. Bila mama-mama sudah jalan, bapak-bapak biasanya akan ikut. Itulah the power of mama-mama.Â
Market Place
Dalam beberapa bulan berkolaborasi di masa pandemi, pada 11-11-2020 nanti, grand launching sebuah market place akan dilakukan. Market place digital ini menjadi mall bagi mama-mama dan pelaku usaha kecil.Â
Gerakan Oikonomics dengan tulang punggung mama-mama ini tidak mengumbar janji untuk menarik investor seperti yang disiapkan dalam Omnibus Law Cipta Kerja, karena semua yang terlibat dalam gerakan Oikonomics ini adalah investor. Mereka adalah owner.Â
Kekuatan mereka bukan pada modal uang yang besar. Modal mereka yang terbesar adalah values, yakni kasih (love) dan kepercayaan (trust).
Kasih dan kepercayaan itu mereka "lembagakan" dalam kolaborasi dan berbagi. Kolaborasi dimulai dari person-person yang ada dalam komunitas-komunitas.Â
Komunitas-komunitas tersebut digerakkan dalam jejaring yang saling menghidupkan. Dalam jaringan itu mereka tidak hanya menjual produk mereka sendiri, tetapi juga bergerak menawarkan produk-produk petani yang biasanya dihargai sangat murah oleh tengkulak. Karena itu, tengkulak kaya raya, petani tetap miskin merana.
Kekuatan kolaborasi ini dapat memutus rantai tengkulak. Jejaring ini mampu membawa petani kepada pembeli secara langsung, produsen kepada konsumen.
Apa yang sedang dan akan dimodelkan oleh gerakan mama-mama dan Oikonomics PGI ini menjadi semacam counter culture terhadap sistem ekonomi yang rakus dan hanya berpihak kepada para raksasa.Â
Di sini keberpihakan kepada yang kecil dinyatakan. Yang kuat dan maju justru dipanggil untuk memberdayakan yang kecil dan tertinggal. Yang kecil tidak ditanggung, tetapi diberdayakan. Tidak diciptakan depedensi atau independensi, melainkan interdependensi.Â
Di situlah spirit kolaborasi dan berbagi terus dihidupi. Dasyat kan?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H