Mereka tidak lagi merdeka untuk mencari nafka; tidak merdeka untuk belajar. Mereka tidak merdeka memanfaatkan dan menikmati kekayaan alam yang Tuhan karuniakan di tanah mereka.
Papuaku Sayang, Papuaku Malang
Tuhan mengaruniakan Papua tanah penuh emas dan kekayaan alam lainnya. Intan Jaya, daerah di mana Hitadipa berada menjadi incaran investor untuk eksplorasi. Apakah karena itu penduduk di sana diusir melalui rangkaian kekerasan yang dilakukan tentara?Â
Sungguh sayang Papuaku malang. Papua harus menanggung derita akibat kerakusan sesamanya yang sering berkata: "Tidak ada Indonesia tanpa Papua." Atau, "Papua adalah Kita, Papua adalah Indonesia."
Mendekati Papua tidak bisa dengan jargon dan kata-kata kosong. Apalagi, dengan kebohongan dan kekerasan. Papua butuh kejujuran dan cinta.
Pendekatan keamanan tidak akan pernah mendatangkan damai. Teror dan pembunuhan seperti yang dilakukan terhadap Pdt. Yeremia justru akan melahirkan kecaman dan simpati untuk Papua.Â
Sekian lama manusia Papua terus menjadi korban. Mereka memiliki alam yang kaya namun terus hidup dalam keterbelakangan dan kemiskinan. Papua malangku sungguh patut dan harus disayang.Â
Semoga Presiden Jokowi jujur, terbuka, dan bersungguh-sungguh memutuskan rantai kekerasan di Papua, dan menghukum para pelaku dan pemberi perintah pembunuhan di Hitadipa.Â
Pemerintah dan investor juga harus sadar bahwa manusia Papua lebih berharga dari emas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H