2. Konsistensi adalah Kunci: Jangan Jadi Sapi yang Bingung
Kalau mau dikenal, pastikan Anda konsisten. Jangan hari ini jadi si "paling lucu," besok jadi si "paling serius," lusa jadi si "paling nggak jelas." Branding itu kayak sapi tadi: kalau tandanya berubah-ubah, peternak sebelah juga bingung itu sapi siapa.Â
Sebagai terapis, saya konsisten menggunakan cerita untuk menjelaskan hal-hal rumit. Kalau suatu hari saya tiba-tiba serius memakai diagram dan rumus, klien saya pasti mikir, "Pak Hari kenapa nih, habis baca buku kalkulus?" Wkwkwk
3. Buatlah Orang Tertawa, Tapi Jangan Lupa Makna
Humor adalah alat branding yang ampuh. Tapi ingat, humor tanpa makna bisa jadi 'cringe.' Kalau Anda cerita, pastikan ada pelajaran di baliknya. Misalnya, saya pernah bilang ke klien, "Hidup itu kayak es krim. Kalau nggak segera dinikmati, meleleh." Mereka ketawa, tapi setelahnya mikir, "Iya ya, hidup itu harus dinikmati sekarang juga. Di dunia penulisan, saya berusaha memberikan tulisan yang tidak hanya informatif tetapi juga menyentuh hati pembaca.
4. Gunakan Media Sosial dengan Bijak
Media sosial adalah alat yang sangat efektif untuk memperkuat personal branding. Namun, gunakanlah dengan bijak. Berbagi kisah yang relevan, menunjukkan sisi humanis Anda, dan memberikan nilai kepada audiens adalah cara-cara sederhana untuk membangun citra positif.
5. Jadilah Diri Sendiri (Karena Jadi Orang Lain Sudah Banyak Saingannya)
Dunia sudah penuh dengan imitasi. Kalau Anda mencoba jadi orang lain, Anda hanya akan jadi salinan murah. Jadilah versi otentik diri Anda. Kalau Anda punya kekurangan, pakai itu sebagai kelebihan.Â
Saya, misalnya, sering nulis terlalu panjang. Daripada dianggap kelemahan, saya pakai itu buat membangun cerita yang detail dan mengena.
Sekali lagi, jadilah versi terbaik dari diri Anda sendiri. Orang lebih mudah terhubung dengan seseorang yang autentik daripada seseorang yang terlihat "terlalu sempurna."