Mohon tunggu...
Hari Dewanto
Hari Dewanto Mohon Tunggu... Administrasi - DEWA HIPNOTIS

I am a professional trainer and happiness trance-former (happiness provocation) who willing to make Indonesia happier

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cinta Sejati

13 September 2024   06:25 Diperbarui: 13 September 2024   06:28 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Sahabatku. Apa kabar Anda di hari Jum'at penuh berkah ini?

Semoga kita senantiasa beroleh keberkahan, keselamatan, cinta kasih Allah di dunia dan akhirat. Aamiin.

Mungkin ada di antara Anda yang bertanya-tanya, kenapa saya senang membuka tulisan dengan ucapan doa di atas. Dan mungkin juga ada di antara Anda yang tidak ngeh, bahwa itu adalah makna dari assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Doa itu merupakan doa sepenuh cinta yang mestinya sering kita ucapkan kepada sesama. Doa itu juga merupakan doa para malaikat kepada para penghuni surga. Bahasa kerennya doa loving kindness.

Nah, membahas mengenai cinta. Pagi ini saya mengikuti kajian sufistik melalui gawai saya mengenai cinta sejati. Saya akan tulis ulang untuk Anda.

Syekh Abdul Qadir Jailani, seorang sufi besar, menyampaikan pesan yang sangat mendalam tentang cinta dan penghambaan. Menurutnya, jika seseorang masih menaruh rasa takut dan harapannya pada manusia, maka ia telah menjadikan manusia sebagai "tuhannya." Ini adalah bentuk memperbudak diri pada makhluk yang fana. Dalam perspektif spiritual, hal ini menunjukkan bahwa manusia yang terlalu bergantung pada sesamanya, mengharapkan pujian atau takut akan celaan mereka, telah terperangkap dalam penghambaan kepada sesuatu yang tidak kekal.

Begitu pula, ketika hati kita tertuju pada dunia---pada harta, kedudukan, atau kenikmatan duniawi---kita juga telah menjadikan dunia sebagai "tuhan" kita. Syekh Abdul Qadir Jailani mengingatkan bahwa dunia ini fana dan tidak abadi. Segala hal yang kita kejar dan cintai di dunia pada akhirnya akan hilang. Seperti firman Allah dalam Surah Al-Hadid ayat 20:

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."

'Menjadi Hamba Dunia atau Hamba Allah'
Manusia yang menjadikan dunia sebagai pusat kehidupannya, secara tidak sadar telah memperbudak dirinya. Mereka menjadi budak dari ambisi, kekhawatiran akan kehilangan, dan obsesi terhadap hal-hal material yang sifatnya sementara. Namun, Syekh Abdul Qadir Jailani mengajarkan bahwa cinta yang abadi hanya terletak pada cinta seorang hamba kepada Allah. Segala sesuatu di dunia ini akan berlalu, namun Allah adalah Dzat yang kekal.

Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 286 menegaskan bahwa hanya Allah yang patut kita harapkan dan takutkan:

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.'

Dalam ayat ini, Allah menunjukkan betapa Dia adalah satu-satunya tempat pengharapan, tempat kita berlindung dan memohon pertolongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun