Sahabatku, apa kabar Anda hari ini? Apakah Anda sudah merasa merdeka? Terutama dalam urusan finansial?
Pagi ini saya mendengarkan tausiah singkat mengenai hidup berkecukupan atau qona'ah yang lewat melalui sebuah medsos di gawai saya.
Sang Ustadz menyitir sebuah hadits sbb: QOD AFLAHA MAN ASLAMA WARUZIQO KAFAAFAN WA QONNA'AHULLAAHU BIMAA AATAAHU
Artinya:
"Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana'ah (ridho & merasa cukup) dengan apa yang diberikan kepadanya"
(HR. Muslim)
Meskipun terkesan sederhana, namun tak mudah bagi kita untuk mampu meyakini, apa lagi mengamalkan hadits di atas. Sebagai praktisi mindfulness, yang juga senang mempelajari kawruh jiwo sebagai kearifan lokal, saya ingin sharing tentang sebuah prinsip kehidupan salah satu pakar mindfulness Jawa, yaitu Sosro Kartono.
Prinsip hidup "Sugih Tanpo Bondo" dari Sosro Kartono mengajarkan kita tentang kebijaksanaan dalam melihat harta dan kekayaan. Dalam kehidupan ini, sering kali kita terjebak dalam ambisi dan keinginan untuk memiliki lebih banyak, tanpa sadar bahwa kebahagiaan sejati sebenarnya terletak pada rasa cukup. Prinsip ini menekankan bahwa kekayaan sejati bukan diukur dari jumlah materi yang dimiliki, tetapi dari ketenangan hati dan kepuasan diri.
Hakikat Kecukupan
"Sugih Tanpo Bondo" berarti kaya tanpa harta, sebuah konsep yang mungkin terdengar paradoksal di dunia yang sering kali mengukur kesuksesan dari jumlah kekayaan materi. Namun, jika kita merenungi lebih dalam, kekayaan bukanlah semata-mata tentang uang atau harta benda. Kekayaan sejati adalah tentang bagaimana kita merasa cukup dengan apa yang kita miliki. Anehnya dengan meyakini prinsip ini, kapan pun kita membutuhkan sesuatu, selalu ada yang mencukupi.
Ini bukan berarti kita harus hidup dalam kekurangan atau kemiskinan, tetapi lebih kepada sikap hati yang menerima bahwa apa pun yang kita miliki adalah cukup. Dengan demikian, fokus hidup kita tidak lagi terjebak dalam upaya menumpuk harta, tetapi lebih pada bagaimana kita bisa berbuat baik kepada sesama sebanyak mungkin.
Kolaborasi dan Perasaan Cukup
Dalam konteks kehidupan modern, prinsip ini bisa diterjemahkan ke dalam semangat kolaborasi. Dengan memiliki banyak teman dan menjalin kerjasama yang baik, kita akan selalu memiliki cukup sumber daya untuk memenuhi kebutuhan kita.
Kecukupan ini adalah anugerah yang perlu disyukuri. Maka, penting bagi kita untuk berdoa dan memohon kepada Allah agar diberikan kecukupan dalam hidup. Ada dua pilihan doa yang bisa kita panjatkan:
1. "Ya Allah, penuhi semua kebutuhanku."
2. "Buatlah aku merasa cukup dengan apa pun pemberian-Mu."
Sifat qona'ah tercermin pada doa kedua. Dengan menghayati doa ini, kita diajak untuk bersyukur dan menerima segala pemberian Allah dengan hati yang lapang. Kebahagiaan tidak datang dari keinginan yang tak pernah terpuaskan, tetapi dari rasa cukup yang tumbuh di dalam hati.
Kebahagiaan dalam Kecukupan
Orang yang merasa cukup dengan rezekinya, tidak berlebih dan tidak kurang, adalah orang yang benar-benar berbahagia. Mereka tidak dibebani oleh kecemasan akan masa depan atau ketidakpuasan terhadap apa yang mereka miliki. Mereka hidup dalam damai dan tentram, karena mereka percaya bahwa apa pun yang terjadi, kebutuhan mereka akan selalu tercukupi.
Dalam dunia yang serba cepat dan kompetitif ini, menghayati prinsip "Sugih Tanpo Bondo" bisa menjadi penyejuk hati. Kita diajak untuk kembali merenungkan apa yang benar-benar penting dalam hidup ini dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana.
Kekayaan bukanlah tentang memiliki lebih banyak, tetapi tentang merasa cukup dengan apa yang kita miliki. Dan dalam kecukupan itulah, kita menemukan kebahagiaan sejati.
Semoga bermanfaat
Tabik
-dewahipnotis-
www.thecafetherapy.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H