Mohon tunggu...
Hari Bagindo Pasariboe
Hari Bagindo Pasariboe Mohon Tunggu... Ilmuwan - Statistician @ Indonesian Statistics

born and raised in Jakarta, statistician at National Statistics Office, focus environmental and social resilience statistics. former teacher, marketer, facilitator

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[HOT!] Analisa Media Sosial Twitter: Big Data Kekerasan pada Perempuan

1 Desember 2022   22:09 Diperbarui: 1 Desember 2022   22:22 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tema Kekerasan pada Perempuan biasanya bukanlah tema seksi yang menjadi pilihan banyak orang sebagai topik diskusi yang hangat. Penulis mengamati adanya lonjakan diskusi terkait kekerasan terhadap perempuan pada media sosial twitter. Penulis tergelitik untuk mendalami apa yang melatari kejadian ini.

Dalam melakukan analisis media sosial twitter, penulis di bantu oleh tools media sosial analisis dari drone emprit academic (DE), Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 

37899 twit tercipta dalam ada rentang seminggu ini. Observasi dimulai  pada 24 November -1 Desember 2022 yang berhasil di rekam hingga pukul 13.00 WIB siang, terkait percakapan bertema kekerasan pada perempuan. Jumlah twit ini cukup besar untuk isu yang tidak terlalu seksi untuk didiskusikan di ruang publik. 

Isu kekerasan terhadap perempuan dalam 7 hari ini menjadi pembicaraan yang hangat di seluruh belahan dunia dan Indonesia. 

Dokpri
Dokpri

Tangkapan layar Drone Emprit (DE) mengkonfirmasi hal ini. Hampir di setiap belahan dunia topik ini tersebar merata.

Volume diskusi mulai menanjak pada tanggal 24 November, dengan volume twit dan retwit tertinggi di tanggal 26 November. 

Dokpri
Dokpri

Interaksi tetap tinggi pada hari-hari selanjutnya.

25 November is The International Day for the Elimination of Violence Against Women

Di dalam negeri, tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru.  Sementara itu, Perserikatan Bangsa Bangsa sudah sejak tahun 1981 menetapkan setiap tanggal 25 november di peringati sebagai hari penghapusan kekerasan terhadap perempuan internasional (the international day for the elimination of violence against women)

Tema perbincangan sangat beragama, mulai dari kekerasan, pemerkosaan baik fisik dan seksual, kekerasan terhadap perempuan yang di picu oleh perang Etopia di Tigray, Afrika juga tertangkap dalam diskusi dengan tema ini seperti tangkapan layar "word cloud" sosial media analisis DE berikut ini

Dokpri
Dokpri

Analisis Sentiment

Analisis sentimen di dominasi oleh sentimen negatif sebesar 53 persen, netral 4 persen dan sentimen positif 43 persen terkait tema kekerasan terhadap perempuan.

Dokpri
Dokpri

Dapat dimaknai sebagai kekerasan terhadap perempuan masih merupakan isu yang membawa sentimen negatif lebih besar oleh peserta diskusi. Dari peta sosial analisa network terlihat bahwa secara umum, diskusi berlangsung alami, tersebar merata, tidak di dominasi. oleh salah satu pihak tertentu.

 

Engagement

DokpriDokpri
DokpriDokpri
Engagement atau interaksi sesama peserta diskusi berlangsung sangat baik. A ntara mention, reply dan retweet mencapai 226.626 tweet. Dengan tingkat interaksi mencapai 8,26 yang artinya sangat baik antara komposisi antara mention, retweet dan retweet.

Top Influencer

Sosial media analisis DE menangkap 5 top influencer yang dominant dalam diskusi ini dengan tingkat interaksi yang tinggi dengan peserta diskusi lainnya. Kelima top influencer tersebut adalah:

Dokpri
Dokpri

Penutup


Tema penghentian kekerasan terhadap perempuan menjadi topik diskusi pada media sosial twitter ternyata di dorong oleh peringatan the international day for the elimination of violence against women. Wajar bila para stakeholder kebijakan penghentian kekerasan terhadapat perempuan menggunakan momentum tanggal 25 November sebagai saat untuk mengkampanyekan peningkatan kesadaran terhadap pentingnya penghentian kekerasan terhadap perempuan yang sepertinya masih hal yang bersifat utopia. Mengingat, wanita masih sangat rentan mengalami kekerasan dikarenakan alasan gender saja. Semoga bermanfaat!

Jakarta, 1 Desember 2022

Salam hangat,

Hari Bagindo Pasariboe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun