( Baca disini: Â https://www.kompasiana.com/haribagindopasariboe/5ef46138d541df66b1629382/analisis-sosial-media-twitter-corona-vs-everything-else )
Dari Dua sumber data yang saya kutip di atas, saya  menggaris bawahi bahwaÂ
1. Suasana kebatinan masyarakat yang selama 3 bulan ini di cekoki informasi terkait virus corona telah mendominasi percakapan di media sosial dengan sangat masif, sehingga topik-topik lain yang penting tidak bisa menembus topik terkait korona yang sudah terlanjur membesar tanpa kontrol.
2. Upaya yang telah dilakukan sejumlah pihak untuk menurunkan angka positif terpapar virus Corona belum menunjukkan penurunan.
3. Kebijakan "new normal" yang telah di ambil membawa masyarakat pada kodisi "herd immunity" dengan sendirinya. Penekanan pada: " Yang sehat yang paling belakangan meninggal"
4. Masyarakat sebagai obyek kebijakan dihadapkan pada pilihan sulit: Antara keluar rumah dengan probability kemungkinan terpapar covid-19 yang lebih tinggi dan tidak keluar rumah dengan konsekwensi kebutuhan hidup tidak dapat terpenuhi.
5. Implikasi dan potensi kegaduhan sosial sangat terbuka dan besar.
Dengan segudang persoalan yang di sebutkan diatas. Pekerjaan rumah yang perlu penyelesaian cepat dan tepat. Berpolemik bukalah pilihan bijak. Apalagi mencoba menjaring di air keruh jangan sampai terjadi.
Pendapat saya pribadi, hanya institusi sekelas negara yang bisa mencoba mencari terobosan-terobosan baru dalam menghadapi pandemik virus corona ini. Bila dirasa perlu "lock down" total dengan segala pertimbangannya, sebagai komponen masyarakat kita siap mendukung. Keseriusan dan kesungguhan ini yang perlu di paparkan kepada masyarakat. Optimisme perlu di "pantik" ulang. Mind set perlu di "instal ulang", "corrective action"perlu segera di laksanakan.
Langkah-langkah yang terukur, terstruktur dan terbatas waktu sebagai bagian dari wacana "NEGARA HADIR" masih di tunggu oleh masyarakat umum/publik.
Semoga ini tidak akan perlu lama menunggu.
 Passer Baroe, 2 Juli 2020