Ramai lini massa di media sosial belum tentu seiring dengan ramainya aktivitas dunia nyata.Â
Gaduh cuitan sebuah tagar bisa jadi pertanda dari dengung lemah dan rambatan dari kejadian yang sesungguhnya.
Sebuah Pengantar
Hari ini Kamis, 3 Oktober 2019. Pelantikan anggota DPR periode 2019-2024 sudah terlaksana bersaaman dengan hari kesaktian Pancasila 1 Oktober yang lalu. Proses kenegaraan akan terus bergulir.Â
Pemilihan Ketua lembaga-lembaga negara dan alat kelengkapannya sedang disusun bersama sama dengan alat kelengkapan negara lain seperti DPR, MPR dan DPD. Ini berarti secara kenegaraan lembaran kekuasaan sebuah rezim baru akan di mulai.
 Anggota DPR yang sudah dilantik periode 2019-2024 ini pulalah yang akan melantik Presiden Terpilih untuk periode Kedua nanti tanggal 20 Oktober 2019 mendatang.
Mahasiswa bersama komponen rakyat sudah puas menyuarakan aspirasinya dengan segala bentuk demonstrasi berjilid-jilid.Â
Pekerjaan rumah anggota DPR terpilih sudah mengantri panjang untuk dimasukkan kedalam proyek legislasi yang tidak tuntas diurus oleh DPR yang lalu, yang hanya memicu polemik alias kegaduhan yang masih berkelanjutan hingga kini.
DPR periode 2019-2024 Â sudah seharusnya dan semestinya hadir memberi harapan baru. DPR sebagai wakil rakyat dan memperjuangkan aspirasi rakyat melakukan tugas melalui fungsi yang sudah diatur Undang-Undang. Fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan adalah senjata yang diusung untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ada narasi pesimis dan negatif yang sengaja di lempar kepada masyarakat saat ini ditengah proses-proses kenegaraan yang sedang berlangsung seperti diuraikan di atas. Narasi yang menumpang media sosial sebagai sarana dan alat transportasi.
Kita akan mendalami hal ini untuk menangkap vibrasi opini dan persepsi yang berkembang atau di bentuk di masyarakat melalui analisi media sosial. Sehingga diperoleh sedikit kejelasan akhir dapat memposisikan segala hal secara sewajarnya, semesti dan seharusnya.
Periode Observasi 26 September 2019 -3 Oktober 2019
Ada 6 tagar yang menjadi perhatian penulis. Ke enam tagar yang secara khusus dipilih penulis untuk merangkai sebuah kerangka berfikir/ frame yang coba didukung oleh data hasil observasi bahwa:
- Komponen masyarakat (Mahasiswa dan rakyat) sudah menyatakan aspirasinya terhadap penyelenggara negara terpilih.
- Proses kenegaraaan sedang berlangsung
- Terdapat Narasi Pesimis yang sedang di bangun
- Terdapat benturan demokrasi dengan tuntutan kestabilan politik dan tuntutan hadirnya rasa aman.
Enam tagar tersebut adalah
- #Mahasiswa Bergerak
- #MahasiswaBersatu
- #MahasiswaPelajarAnarkis
- # Demokrasi, kontra Militerisasi ditengah Sekuritisasi
- Puan Maharani
- #NegaraMakinSuram
Aspek Popularitas Tagar
Vibrasi dari tiap tagar dapat dilihat secara jelas pada tangkapan layar di bawah ini. Vibrasi tertinggi di peroleh oleh tagar #MahasiswaBergerak(40,194) dan dengan volume terkecil oleh tagar #MahasiswaPelajarAnarkis (13,272).
Diagram Batang di bawah ini membantuk kita mengamati secara visual progasi dari masing-masing tagar.
 #MahasiswaBergerak dengan propagasi terbesar di ikuti oleh key word Puan Maharani di lanjutkan tagar #MahasiswaBersatu.Â
Tagar #NegaraMakinSuram diikuti oleh Demokrasi, kontra Militerisasi ditengah Sekuritisasi dan terakahir tagar #MahasiswaPelajarAnarkis.
Tanda-tanda meredanya aspirasi  mahasiswa beserta komponen masyarakat dapat diamati dari intensitas demonstrasi di lapangan dan cuitan di media sosial beserta tagar-tagar yang biasa digunakan sebagai sarana penggerak aksi.
Tiga tagar yang masih bertahan terkait penyampaian aspirasi mahasiswa serta komponen masyarakat pada periode pengamatan 26 September 2019-3 Oktober 2019 antara lain #Mahasiswa Bergerak, #MahasiswaBersatu dan #MahasiswaPelajarAnarkis. Total kicauan selama seminggu ini terpantau dari tatapan layar social analytic tool by Drone Emprit Academic masing-masing #MahasiswaBergerak (40,194), #MahasiswaBersatu (31,170), #MahasiswaPelajarAnarkis (13,272).
Denyut kicauan #MahasiswaBersatu dan tagar #MahasiswaBergerak terkait aspirasi mahasiswa memuncaki tren tagar dari periode 26-28 September 2019. Periode 29-30 September tagar-tagar ini tidak begitu aktif lagi.Â
Periode 30 Septermber -2 Oktober tagar #MahasiswaPelajarAnarkis Digjaya memuncaki kicauan di media sosial.Â
Sebelum dilanjutkan oleh pemunculan perlahan keyword Puan Maharani sebelum pemilihan ketua DPR sejak 1 Oktober dan Gelombang tagar #NegaraMakinSuram berebut puncak tren kicauan pada tanggal 2-3 Oktober seperti tersaji pada grafik di bawah ini.
Tangkapan layar tingkat interaksi per hari yang berada di atas poin 5 menandakan tingkat interaksi yang masuk pada kategori alami, bila lebih rendah dari skor poin 5, besar kemungkinan penggunaan mobilisasi akun untuk meningkatkan popularitas tagar.
Sentimen Analisis
Dominasi sentimen negatif yang masih dominan berwarna merah dengan nilai sentimen tiap tagar lebih dari 85 persen bisa dianggap sebagai tingkat ekspektasi yang masih rendah pada proses yang sekarang berlangsung akan membawa ke arah yang lebih baik.
Keyword Demokrasi, kontra Militerisasi ditengah Sekuritisasi memiliki sentimen negatif terbesar dibandingkan tagar lainnya yang mencapai persentase 96,10 persen dari total 20,420 kicauan akun yang menggunakan tagar ini.
Social Network Analysis Visualization
Keberadaan akun-akun buzzer dan give away yang sekedar bertujuan untuk meningkatkan popularitas tagar dapat terbaca dari visualisasi tool Social Network Analysis besutan Drone Emprit Academic.
Puan Maharani Vs NegaraMakinSuram
Kehadiran Puan Maharani sebagai ketua DPR diharapkan membawa harapan baru terhadap tata kelola lembaga negara DPR yang ada selama ini. Ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja DPR yang lalu yang sangat terkesan membuat polemik diakhir masa baktinya yang mengakibatkan penolakan dari komponen mahasiswa dan masyarakat  telah mengikis kepercayaan kepada lembaga negara yang terhormat ini.
Tagar #NegaraMakinSuram menyambut pelantikan anggota DPR periode 2019-2024 sebagai bentuk kritik agar DPR terpilih semakin mawas diri dan tekun menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat melalui  3 senjata yang dimiliki yakni fungsi legislasi, pengawasan dan anggaran dalam rangka mengawal pemerintahan dan menciptakan keadilan sosial.
Perang narasi dan aksi menjadi bukti dan bentuk perjuangan mahasiswa dan rakyat yang sudah lantang menyuarakan aspirasinya di jalan dan di media sosial. Tangkap aspirasi tersebut dan jadikan kebijakan yang punya manfaat bagi sebanyak mungkin rakyat Indonesia.
Saya tetap optimis seorang Puan Maharani akan berusaha memenuhi harapan besar yang ada di pundaknya. Jangan cengeng, jangan manja. Penuhi tuntunan rakyat dengan bekerja giat.
Passer Baroe, 3 Oktober 2019
Salam Hangat
Hari Bagindo@haribagindo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H