Wow...
2 minggu berselang memasuki tahun 2016. Ada perubahan lingkungan strategis yang rasanya lambat sekali di serap oleh seluruh rakyat Indonesia. Welcome to globalization....Welcome Asean Community...(plus china, india, jepang, korsel, australia dan selandia baru).
Lambat tapi pasti dampak globalisasi ini akan mengalir, menetes, tetap tinggal dan membanjiri seluruh wilayah Indonesia dan demikian juga sebaliknya. Aliran bebas barang dan tenaga kerja profesional sudah tidak bisa di halang-halangi lagi. Ada rasa kuatir, rasa cemas, baik pengusaha, negara apalagi rakyat jelata.
Dialog melaui media sosial dengan seorang teman yang kerap ikut dalam berbagai diskusi di luar negeri dalam rangka harmonisasi kebijakan antar negara dan kebetulan bertugas di BSN (Badan Standarisasi Nasional) medio 2015 lalu, saya bertanya, "gimana bro persiapan kita menghadapi MEA akhir tahun ini?". Dia jawab, " ya, ngga gimana-gimana mas. ngga pake persiapan-persiapan khusus. Seperti para pahlawan yang merebut kemerdekaan hanya dengan bambu runcing, apalagi cuma MEA doang mas, maju terus pantang mundur!" demikian pungkasnya.
Weleh...weleh.. apa pula jawaban seperti ini, respon saya dalam hati.
Orang Jepang mendefinisikan keberhasilan adalah melakukan sesuatu sesuai dengan rencana. Dalam konteks ini persiapan apa yang dilakukan untuk memastikan hasil di masa depan sebagai ukuran keberhasilan.
Persiapan yang baik akan menumbuhkan kepekaan. Kepekaan ini yang ingin ditularkan ke seluruh lapisan masyarakat sehingga masyarakat sesuai dengan kapasitas yang melekat pada dirinya dapat merespon sesuai dengan kekinian kondisi mereka masing-masing.
Pemerintah sendiri terkesan tidak peduli kalo tidak bisa di bilang lepas tangan. Rasanya kental sekali aroma pembiaran terasa. Kesibukan mengurus intrik politik setahun ini menghabiskan waktu dan energi untuk melakukan langkah-langkah strategis dalam rangka meminimalkan dampak negatif dan memperoleh dampak positif sebesar-besarnya dari penyatuan entitas ekonomi, sosial budaya serta politik dan keamanan yang sangat besar ini.
Masyarakat perlu arah, perlu di komandoi, perlu di ayomi, perlu di bangun kapasitasnya, perlu pemberdayaan, perlu menikmati kue penyatuan entitas ekonomi, sosial, dan politik yang maha besar ini.
Siapa yang mengambil alih komando, siapa yang mengyomi, siapa yang dapat membangun kapasitas secara masif, siapa yang dapat melakukan pemberdayaan silahkan mengambil peran...
Rasanya sudah cukup mengurus sesuai yang normatif formal, yang kita perlu adalah langkah praktis menyikapi perubahan lingkungan strategis ini.
"Tolong tunjukkan kami jalan... "
Penggalan sebuah lirik lagu bang Iwan Fals di atas sebagai ungkapan hati yang mewakili kondisi kebatinan masyarakat awam yang sekaligus sebagai penutup tulisan ini.
Â
Salam Hangat
Hari Bagindo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H