AHOK dinilai oleh banyak pihak sebagai pemimpin yang tegas, bahkan terkesan keras dan kasar. Tetapi kesan-kesan negatif itu terkikis oleh kinerja AHOK baik sebagai wakil gubernur ataupun sekarang masih menjabat plt Gubernur DKI.
Mendudukkan masalah pada tempatnya dan kemampuan berfikir dan bertindahk benar dengan kecerdasan dan hikmat yang luar biasa. Pro dan kontra akan selalu ada tapi manfaat akan terasa juga pada akhirnya.
Tipuan Kenyamanan Palsu
Penataan Jakarta yang salah urus begitu lama memang membutuhkan pemimipin yang berani mendobrak kenyamanan semu yang selama ini terjadi. Bayangkan saja kita bisa nyaman tinggal di tempat kumuh, nyaman dengan lingkuan yang bersanitasi buruk, nyaman dengan banjir yang rajin datang, nyaman dengan kemacetan, nyaman dengan angkutan umum yang penuh sesak dan kenyamanan palsu yang lain.
AHOK menggeser paradigma berfikir dan bertindak masyarakat yang sudah terlanjur nyaman dengan segala ketidakberesan yang sudah ahli di kuasai warganya. Pro dan kontra, setuju dan tidak setuju selalu mewarnai setiap program inisiasi dan inovasi yang dilakukannya. Karena sudah hukum alamnya masyarakat tidak nyaman dengan perubahan, padahal perubahan itu sendiri yang tidak akan berubah.
Pembangunan Infrastruktur Sanitasi Gila-Gilaan anggaran baru terserap 30 persen saja.
Semua sungai, kali, got dan pembuangan air di Jakarta sekarang sedang digali setelah lebih dari 30 tahun tidak pernah tersentuh. Pembangunan jalan inspeksi sepanjang aliran sungai sedang berjalan dimana-mana. Penduduk yang tergusur ditawarkan program kampung deret atau di relokasi kerumah susun sewa sesuai standar hidup layak menurut saya adalah ketulusan yang luar biasa.
Dengan semua pembangunan yang membabi buta itu nyatanya ANGGARAN PEMBANGUNAN Provinsi DKI Jakarta hanya baru terserap sebesar 30 persen saja. Dalam hati saya, selama ini duitnya di kemanain ya oleh Gubernur-gubernur sebelumnya? Pembangunan fisik melimpah tapi anggarannya yang terpakai belum banyak sangking banyaknya APBD DKI.
Berdiri Di Atas Punggung Raksasa
Menjadi Gubernur DKI Jakarta ibarat AHOK berdiri diatas punggung raksasa. Gubernur memiliki kuasa atas keputusan politik yang bisa mempengaruhi kesejahteraan umat dan warga Jakarta di tambah kuasa anggaran yang melekatan dan jaringan birokrasi yang kuat untuk pelaksanaan program. Rasanya jika AHOK menggunakan semua kekuatan yang melekat pada dirinya nanti, tidak ada program pembangunan di Jakarta yang tidak bisa dilakukannya.
Warga Jakarta memandang Kinerja bukan Suku dan Agama