e:hari.bagindo@gmail.com
Selamat Malam Mataram!
Menikmati malam terakhir di Kota Mataram bagi saya adalah pengalaman baru. Sambil menulis di kompasiana di iringi oleh gending jawa di lobi hotel menjelang detik-detik terakhir pergantian hari terasa begitu syahdu.
Ya, Mataram, kunjungan saya ke sebuah ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat sungguh berkesan bagi saya. Apa yang saya pikirkan tentang Nusa Tenggara Barat pada mulanya ternyata  sangat berbeda dengan kenyataan lapangan sesungguhnya. Mulanya saya berfikir Mataram layaknya seperti kota-kota yang belum cukup berkembang, jalanan yang sempit, bangunan tua, dan penduduk yang kolot dan terbelakang.
Kesan yang secara tak sadar sudah ada di kepala saya perlahan bergeser.Saya pertama menginjakkan kaki di Bandara Praya, Lombok Tengah 26 Nopember, dua hari yang lalu. Bandara Praya berada di Lombok Tengah menggantikan bandara lama, Selaparang yang berlokasi di tengah kota Mataram untuk menunjang industri pariwisata yang ada di Provinsi Nusa Tenggara ini.
Menuju ke kota Mataram dari Bandara Praya menghabiskan kira-kira 75ribu menggunakan ojeg sepeda motor atau 125rb menggunakan taksi. Ada pula Damri yang mengantar ke kota Mataram dari bandara Praya.
Infrastruktur jalan raya menuju Kota Mataram sungguh baik. Jalan terdiri dari 4 jalur yang terbagi menjadi 2 jalur menuju dan ke bandara. Hari-hari ini sering turun hujan lokal di sekitar Bandara praya dan kadang-kadang menimbulkan turbulensi sebelum pendaratan, begitu cerita rekan yang menjemput saya di bandara.
Memasuki kota Mataram, tidak ada kesan sedikitpun terbelakang. Jalan dipenuhi oleh kendaraan bermotor tahun anyar, ruko-ruko baru sepanjang jalan dan beragam aktivitas perekonomian menunjukkan geliat kota ini yang maju. Meskipun hanya memiliki satu buah Mall dan 2 lagi dalam proses pembanguna, Pusat perdagangan dan ruko-ruko mendominasi jalan-jalan di kota Mataram.
Seperti kota Bandung, jalanan di Kota Mataram di dominasi oleh jalan satu arah. Yang mencolok beautifikasi jalan di tengah kota Mataram sedang giat dikerjakan. Mataram terkesan bersih dan tertib. Penduduk ramah, tidak usil, dan tidak ada ngotot-ngototan di jalan saya saksikan menjadi keseharian orang disini. Kesan aman dan tentram dengan sendiri terbangun dalam persepsi saya dan kesan ini terkonfirmasi dalam obrolandengan tukang ojek yang mengantarkan saya berkeliling kota.
Cerita soal makanan bisa di katakan makanan di Mataram sangat memuaskan. Restoran lesehan dengan nuansa alami, parkir yang luas dan pilihan menu makanan khas Nusa Tenggara Barat dengan harga yang bersahabat sangat mudah di jumpai di sini. Sepertinya wisata kuliner merupakan aktivitas wajib yang harus di lakukan selama berada di sini selain tujuan utama wisata alam mulai dari Pantai Sengigi dan Gunung Rinjani yang berada d Pulau Lombok serta beragam objek wisata lainnya yang ada di Pulau Sumbawa. Kedua pulau utama inilah pembentuk Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Catatan Minus
Transportasi umum dalam kota adalah nilai minus terbesar menurut saya sebagai tamu di kota ini. Angkutan umum yang tersedia di dominasi oleh taksi dan ojek saja. Agresivitas dealer motor dalam memasarkan produknya mengakibatkan angkutan umum/angkot gigit jari. Sehingga akhirnya mati suri karena tidak ada penumpang yang sudah  beralih menggunakan sepeda motor. Hal ini tentunya berdampak bagi saya sehingga harus merogoh kocek lebih dalam karena harus menggunakan ojek atau taksi sebagai moda transportasi.
Secara keseluruhan Mataram sebagai ibukota provinsi cukup apik dan giat dalam menata dan mengelola diri sehingga pada akhirnya NTB mendapatkan tempat yang baik di hati wisatawan dalam dan luar negeri sebagai alternatif Bali yang sudah mendunia itu.
NTB rasanya tinggal menunggu waktu saja untuk mengokohkan dirinya sebagai tujuan utama wisata dunia dan Indonesia melihat keseriusan Kepala Provinsi yang lalu dan sekarang yang tampaknya ngotot dengan berbagai program unggulan yang digulirkan untuk membuat NTB yang lebih baik.
Berhubung sudah ngantuk! saya akhiri liputannya sampai disini.
Lombok Garden, 28 November 2014
Insipirasi lainnya:
http://politik.kompasiana.com/2014/11/18/jokowipemerintahan-seumur-bayi-yang-punya-nyali-687094.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H